Sebagai
orang yang setiap hari menonton TV, kita pasti sering menyaksikan berita
tentang Jakarta—entah itu soal politik, hukum, sosial, ekonomi, dsbg. Jakarta
selalu digambarkan sebagai kota serba ada, ramai, gemerlap, unik, dan lengkap
dengan tempat eksotis. Namun dari sekian banyak kesan yang digambarkan, bisakah
anda merangkumnya dalam sehari?
Beberapa waktu yang lalu saya
berkesempatan mengunjungi Paman yang tinggal di bilangan Kebon Melati. Saya
memang sudah merencanakan perjalanan ini
untuk menjadi akhir pekan paling Jakarta yang pernah ada. Pagi-pagi sekitar jam
10:00 kami sudah pergi dari rumah mencari Kopaja ke arah Gatot Subroto. Rencananya
kami ingin melihat-lihat museum Satria
Mandala. Saya tertarik sekali ingin ke sini sebab beberapa kali melihat di
TV tempat ini memiliki banyak koleksi senjata api, pesawat, meriam, roket,
torpedo, diorama, dan tank-panser klasik.
Satria Mandala dulunya adalah Wisma
Yaso rumah Bu Dewi Soekarno—tempat disemayamkanya jenazah Presiden pertama RI
sebelum dikebumikan di Blitar. Satria Mandala diresmikan pada 5 Oktober 1972
dengan luas 56.670 m2 yang terdiri dari beberapa bangunan dan taman hijau
yang terawat. Tiket masuk ke sini Rp2.500 untuk dewasa/umum dan Rp1.500 untuk
mahasiswa/pelajar/anak-anak. Buka hari selasa-minggu jam 09:00-14:30 dan tutup
tiap senin/hari besar nasional. Halaman depan Satria Mandala dihiasi oleh
roket, pesawat jet, air mancur, dua buah meriam, tank, dan radar. Tapi, anda akan
sulit melihatnya dari luar karena terhalang penghijauan di bagian depan.
Satu-satunya penanda yang cukup mencolok adalah tulisan di bangunan (pos jaga)
mirip benteng yang ada di samping pintu masuk.
|
Tulisan di depan museum |
|
(1) Roket SA-75 dan (2) radar NYSA B |
Begitu masuk anda akan disuguhi
pemandangan yang kontras dengan Gatot Subroto yang sibuk, riuh, dan dijejali
gedung tinggi. Halaman depan Satria Mandala ditumbuhi pepohonan rimbun dan
taman berumput luas yang memberi kesan damai-menyejukan. Loket karcisnya terletak
di bangunan utama yang berpintu kayu berukiran menarik dengan nuansa antik.
Jika anda membawa kamera tinggal tambah uang Rp2.000, karcis lalu diberikan dan
akan diminta oleh petugas penjaga pintu.
Pertama masuk kita akan menjumpai
ruang yang di kanan terdapat lima lambang angkatan bersenjata nasional, kiri
ada panji-panji kebesaran TNI, dan di depanya ada teks proklamasi. Belok ke
kiri ada deretan diorama patriotis yang mengisahkan perjuangan di awal-awal
terbentuknya Republik Indonesia. Diorama tersebut mungkin ingin mewakili
semangat pendirian museum ini yang bertujuan melestarikan nilai juang 45. Pada
samping kanan tiap diorama terdapat kotak teks berisi kisah singkat dalam
bahasa Indonesia dan Inggris.
|
Ruang Depan |
Keterangan:
1. (kiri ke kanan) Lambang POLRI, TNI AU, ABRI, TNI AL, dan TNI AD
2. Teks Proklamasi
|
Klik untuk meperbesar |
Keterangan:
1. Lorong diorama
2. Diorama peristiwa proklamasi
3. Diorama pembentukan BKR
4. Diorama badan-badan perjuangan bersenjata
5. Diorama angkatan muda polisi bergerak
6. Diorama pembentukan TKR
7. Diorama pertempuran Surabaya
Lanjut ke ruang selanjutnya yang
khusus didedikasikan untuk koleksi properti empat jendral besar Indonesia:
Oerip Soemohardjo, Soedirman, A.H. Nasution, dan Soeharto. Beranjak ke ruang sebelah
yang juga dipenuhi Diorama perang pasca kemerdekaan, rak berisi pangkat,
brevet, lambang kodam seluruh Indonesia, manekin berseragam Kontingen Garuda
(KONGA), TKR, badan-badan perjuangan senjata, dan foto-foto misi KONGA. Saya sangat
tertarik pada beberapa brevet, yang mungkin keren jika disematkan pada baju
atau topi. Di lantai yang sama juga terdapat ruang khusus yang menjelaskan
sejarah keorganisasian serta peran TNI dalam sejarah nasional. Sayangnya
beberapa lampu dalam ruangan ini mati sehingga menimbulkan kesan gelap dan
menyeramkan.
|
Ruang sejarah keorganisasian TNI |
|
Klik untuk memperbesar |
Keterangan:
1. Lukisan Jend. Soedirman
2. Lukisan Jend. Oerip Soemohardjo
3. Patung Jend. A. H. Nasution
4. Patung Jend. Soeharto
|
Memorabilia Jend. Soeharto |
Keterangan:
1. Foto Pak Harto bersama Bu Tien
2. Seragam kebesaran Pak Harto
3. Kartu pos edisi PELITA
|
Klik untuk memperbesar |
Keterangan:
1. Upacara pengerekan bendera
2. Seragam TKR
3. Seragam KONGA
4. Seragam badan-badan perjuangan bersenjata
|
Foto-Foto Misi KONGA |
|
(1) Pangkat TNI, (2) Lambang KODAM seindonesia, dan (3) Brevet |
Keterangan:
1. Diorama pertempuran 5 hari Semarang
2. Diorama dapur umum saat perang kemerdekaan
3. Diorama petermpuran Ambarawa
4. Diorama proklamasi di Medan
5. Diorama Bandung lautan api
6. Diorama serangan laut Banyuwangi-Bali
7. Diorama peristiwa penurunan bendera Belanda di hotel Yamato Surabaya
8. Diorama perebutan pangkalan udara Bugis Malang
9. Diorama petempuran Bogor
10. Diorama pertempuran Cibadak
11. Diorama peristiwa 3 daerah (PKI)
12. Diorama pertempuran Krueng Panju (Aceh)
13. Diorama ekspedisi Maluku
14. Diorama pertempuran 5 hari di Palembang
15. Diorama tanda bahaya dalam perang kemerdekaan
Turun ke bawah ada ruang ajaib yang
berisi koleksi senjata api lama, torpedo, ranjau, dan kemudi kapal selam. Ini
pastilah seksi favorit bagi pecinta Airsoft dan para penggila permainan First
Person Shoot (FPS) seperti Call of Duty dan Medal of Honor. Di sini anda bisa
menyaksikan langsung wujud asli Lee Enfield, Thompson, Sten, Arisaka, M1 Garand,
penyembur api (flame thrower), AK 47, M16, Browning, Bren, Mitrailleur, FN,
senapan anti udara (AA Gun), UZI, bazooka, dan masih banyak lagi. Sedikit
berkarat namun tidak mengurangi kesan garang dan agresif senjata tersebut. Bila
anda coba mengangkat beberapa senjata mesin yang di pajang di luar etalase.
Anda akan menyadari betapa berat besi-besi ini jika harus dibawa ke mana-mana. Sudah
sepatutnyalah kita menghargai para pejuang yang rela menyandang senjata dan
mengorbankan jiwa raga demi tetap tegaknya NKRI.
|
(1) Bom samaran, (2) bom udara, ranjau darat, Sten, (3) biola, dan trompet. |
|
Koleksi senjata dalam Etalase |
|
Deretan senjata mesin |
Keluar dari ruang senjata rupanya
masih ada lokasi menakjubkan lain yang berisi koleksi pesawat, helikopter,
meriam artileri, mobil, dan gerbong panser. Lokasi ini begitu rindang dan cocok
dijadikan tempat santai sebelum beranjak ke bagian lain museum. Inilah salah
satu lokasi favorit untuk foto-foto. Anda bisa coba foto di dekat pembom
legendaris B 25 Mitchel, Cureng, Gannet, atau Douglas C-47. Selain Foto, anda pula
dapat membaca sejarah singkat tiap armada. Di lingkungan ini pula terdapat
ambulans, sedan hitam, dan gerbong panser yang berkaitan dengan sejarah
penumpasan DI/TII.
|
Klik untuk memperbesar |
Keterangan:
1. Pesawat B 25 Mitchell
2. Pesawat Cureng
3. Pesawat Nishikoren
4. Pesawat AT-16 Harvard
5. Pesawat Gannet
6. Pesawat Douglas C 47
7. Pesawat P2L-104 Gelatik-C
8. Pesawat Piper L-47
9. Pesawat WEL-1
10. Pesawat NU-25 Kunang
11. Helikopter MI-4
|
Memoriabilia Penumpasan DI/TII |
Keterangan:
1. Ambulans Dinkes pemerintah kota Bandung
2. Gerbong Panser dan tampak dalamnya
3. Sedan hitam yang ada bekas tembakan di kanan-kiri pintunya
|
Meriam Artileri |
Jalan ke belakang kita akan
menjumpai bagian khusus TNI AL. Di sini terdapat kolam simulasi dermaga, meriam
anti udara, dan roket. Ini juga lokasi favorit saya untuk mengambil foto. Anda
bisa duduk di bangku belakang meriam dan berpura-pura sedang membidik target
udara. Lanjut belok ke kanan depan anda akan menemukan deretan tank-panser dari
ukuran kecil sampai besar. Mereka rata-rata memiliki sejarah terkait penumpasan
G 30S/PKI. Di dekat deretan panser tersebut juga ada taman yang sejuk serta
aula dengan banyak patung di dalamnya. Kebetulan waktu keluar kami menjumpai
banyak anak SD, TK, dan segerombolan muda-mudi yang juga sedang mengunjungi
museum.
Puas berputar-putar, kami lalu
pulang ke rumah sebentar—untuk makan dan men-charge HP—dengan menumpang Metromini
yang dilanjutkan naik Mikrolet ke arah Tanah Abang. Moda-moda transportasi
seperti Kopaja, Mikrolet, dan Metromini merupakan akomodasi yang wajib dicoba
jika berkunjung ke Jakarta. Kita bisa menikmati gedung pencakar langit, proyek
jembatan layang Tanah Abang-Kampung Melayu yang rangka bajanya membuat anda
seperti ada di Cybertron, dan tentu saja atmosfer sosial masyarakat Jakarta.
Kebon Melati juga terletak tidak
jauh dari komplek Kempinski Bundaran Hotel
Indonesia. Suasana malam di sini bagus dan ramai. Anda bisa mengajak teman
untuk sekedar nongkrong atau jalan-jalan ke mal yang ada di sekitarnya. Siang
harinya kita dapat menjelajahi pusat batik di Thamrin City dan dilanjutkan ke Grand Indonesia. Walaupun tidak belanja, namun setidaknya mata anda
akan terpuaskan ketika berkunjung ke Grand Indonesia. Mal ini terlihat besar
dan megah bahkan jika cuma dilihat dari kejauhan. Anda dapat berkeliling dan
menikmati restoran bermacam cita rasa serta tema-tema tiap lantai yang
variatif—dari mulai Cina, Jepang, Eropa, dan New York.
Anda akan berjumpa banyak ekspatriat
lalu lalang di sini. Mal ini sangat besar dan rentan membuat pengunjung
tersesat. Tapi, jangan takut! Karena di tiap lantai telah disediakan papan
denah. Dalam satu hari kita pasti sulit menjelajahi kedua sisi mal sekaligus:
Barat (west mall) dan timur (east mall). Jadi pilih salah satu saja! Grand
Indonesia juga mempunyai atraksi spektakuler yaitu orkestra air mancur yang
keluar tiap satu jam sekali. Tata lampu dan lambaian air yang seakan menari
akan membuat anda lupa diri karena kagum terpukau. Saya juga sempat foto di
depan salah satu instalasi tembok kayu yang artistik. Bagi anda penggemar Iron
Man dan Spider Man, di salah satu sudut ada dua action figure besar tokoh-tokoh
ini. Tempat tersebut juga dilengkapi bangku untuk beristirahat atau sekedar
duduk-duduk. Jika jeli, anda akan menemukan suatu ruang unik dengan karpet lucu
yang berisi ATM berbagai bank. Lama mengelilingi mal, saya jadi ingin buang air
kecil. Anda akan senang mendapati fasilitas toilet di sini yang bersih, mewah,
rapih, dan ada musiknya. Satu yang patut pula dihargai, Grand Indonesia
menerapkan konsep Go Green lewat
penyediaan kotak sampah dengan pemisahan organik-anorganik di salah satu sudut
pintu masuknya.
|
Salah satu sudut Grand Indonesia |
|
Instalasi tembok artistik di sebuh restoran Grand Indonesia |
|
Saya dan Iron Man |
OK! Kujungan kita lanjutkan ke
Senayan dengan menumpang Kopaja. Celakanya karena keasyikan ngobrol kami jadi
kelabasan. Terpaksalah kami turun di terminal
Blok M. Tapi, bagi saya kejadian ini ada hikmahnya. Karena pada waktu itu
hujan deras—jadi tidak mungkin untuk jalan kaki ke komplek Senayan. Setelah putar-putar naik Kopaja, berhentilah kami
di suatu lampu merah yang langsung dilanjutkan dengan berjalan kaki. Di sini
anda bisa melihat tonggak-tonggak beton proyek mono rail. Selama perjalanan
kami juga berpapasan dengan banyak supporter Persija yang baru pulang.
Perjalanan kami melewati simpang hotel Millenium, terus ke Senayan, dan
melintasi gerbang lain dari gedung DPR
RI serta Stadion Utama Gelora Bung
Karno (SUGBK). Kebetulan kami sedang beruntung karena bisa menikmati gegap
gempita keceriaan pendukung Persija. Yel-yel serta lagu-lagu pengobar semangat berkumandang
dan diiringi tabuhan drum yang menambah meriah suasana. Sebenarnya saya ke sini
ingin mencicipi makanan di Food Expo. Tapi sialnya kami salah informasi. Karena
Food Expo tidak dihelat di Jakarta
Convention Center (JCC)
melainkan di Jiexpo Kemayoran
(meleset jauh).
|
Simpang Hotel Millenium |
|
Suasana meriah pendukung Persija di Senayan |
|
Suasana JCC |
|
Namun tak perlu kecewa! Sebab
kebetulan kemarin tengah diadakan tiga eksibisi sekaligus: Pameran furniture,
museum nusantara, dan perlengkapan pernikahan. Keluar dari Balai konvensi anda
dapat makan-makan di deretan warung sekitar lapangan tembak. Selesai dari JCC,
kami jalan dan berhenti sebentar untuk menghangatkan badan dengan menikmati
pangsit gerobak yang enak dengan hanya Rp10.000 per porsi. Hari kian gelap dan
kami harus pulang karena takut tidak ada lagi Kopaja menuju Tanah Abang.
Perjalanan usai, hati senang, perut kenyang, dan yang terpenting dapat menikmati
Jakarta hingga sudut terkecilnya.