Saya
amat terpesona oleh keindahan alam Nusa Tenggara. Savananya yang luas,
pantai-pantai yang eksotis, dan penduduknya yang akrab berkuda merupakan
keunikan yang luar biasa. Kali ini, saya akan membawa anda lebih dekat dengan
salah satu kabupaten menakjubkan di NTB,
Dompu.
|
Logo Kabupaten Dompu |
Daftar Bahasan:
·
Profil Umum Wilayah
·
Sejarah Dompu
·
Budaya & Adat
Istiadat
·
Potensi Wisata Dompu
·
Penginapan
·
Akomodasi
·
Testimoni Turis
Tekan
Ctrl + F untuk menemukan apa yang anda maksud!
|
Profil
Umum Wilayah
Dompu adalah sebuah
kabupaten di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kabupaten Dompu yang ber-ibu
kota di Dompu mempunyai delapan kecamatan: Hu’u, Kempo, Kilo, Manggalewa, Pajo,
Pekat, Dompu, dan Woja. Kabupaten
Dompu berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa dan Teluk Saleh di barat, Kabupaten Bima di utara dan timur, serta Samudera Hindia di selatan. Sebagian besar
topografi kabupaten Dompu (46,38%) berada di ketinggian 100-500 mdpl. Kabupaten
Dompu memiliki luas wilayah 2.321,55 km² dengan jumlah penduduk 218.984 jiwa (sensus
2010). Kabupaten Dompu mempunyai kepadatan penduduk 94,2 jiwa/Km2. Perekonomian
Dompu masih dominan ditopang sektor pertanian. Kabupaten Dompu memiliki suhu
rata-rata 200-300 C pada siang dan 200 di
malam hari.
|
Peta kabupaten Dompu |
Sejarah
Dompu
Dompu
dahulunya adalah sebuah kerajaan atau kesultanan. Dompu tergolong sebagai
kerajaan tertua khususnya di kawasan Timur Indonesia. Menurut sejarah, di Dompu
sebelum terbentuknya kerajaan telah berkuasa beberapa Ncuhi (kepala suku /raja
kecil). Terdapat empat orang Ncuhi, yakni Ncuhi Hu`u yang berkuasa di
daerah Hu`u (sekarang Kecamatan Hu`u), Ncuhi Soneo yang berkuasa di daerah
Soneo (sekarang Kecamatan Woja dan Dompu), Ncuhi Nowa yang berkuasa di Nowa,
serta Ncuhi Tonda yang berkuasa di Tonda (sekarang wilayah Desa Riwo Kecamatan
Woja). Ncuhi Hu`u adalah yang terkemuka di antara tiga Ncuhi lainya.
Legenda mengisahkan
bahwa raja
Dompu pertama adalah putra raja Tulang
Bawang yang dinikahkan dengan Komba Rawe—anak Ncuhi Patakula yang dulu sempat berkuasa di Woja. Putra raja Tulang Bawang (sekarang
daerah Lampung) tersebut sampai ke Dompu karena terdampar di wilayah
timur Woja. Berdasar hikayat, Raja Dompu ke-2 diteruskan oleh Dewa Indra Dompu. Lalu
berturut-turut Raja ke-3 adalah Dewa Mbora Bisu, yang ke-4 adalah Dewa Mbora
Balada, dan selanjutnya hingga raja-raja Dompu islam
(sultan).
Letusan Tambora pada 11 April 1815 mengakibatkan tiga kerajaan
kecil (Pekat, Tambora, dan Sanggar) yang terletak di sekitar Tambora musnah.
Ketiga wilayah kerajaan kecil itu kemudian masuk ke dalam bagian Kerajaan
Dompu. Perluasan wilayah Kesultanan Dompu ini dianggap sebagai suatu kelahiran
baru. Sejarawan Helyus Syamsudin menuturkan bahwa peristiwa tersebut mendasari
penetapan 11 April sebagai hari lahir kabupaten Dompu, yang dikuatkan Perda
No.18 tahun 2004.
Budaya & Adat Istiadat
Kebudayaan Dompu banyak dipengaruhi
oleh corak islam. Hal ini terlihat dari upacara adat serta pakaian tradisional
yang dikenakan. Upacara-upacara adat tersebut dihelat guna menandai
peristiwa-peristiwa penting dalam hidup. Contohnya adalah Nika Ra Nako yang
merupakan upacara pernikahan bagi rakyat jelata. Sedangkan, Campo Ra Kaboro
adalah upacara pernikahan bagi bangsawan. Teka Ra Ne’e adalah tradisi menumbuk
padi yang berjumlah 50-100 ikat di lesung—untuk dijadikan Mu’bu Pangaha atau
tepung beras—oleh kaum wanita di lokasi pernikahan. Tumbukan padi ini
mengalunkan nada tertentu (Eli Kandei) yang dimaksudkan sebagai undangan bagi para wanita setempat. Mereka yang datang biasanya akan membawa
tambahan padi guna ditumbuk bersama.
|
Ilustrasi Teka Ra Ne'e |
Masyarakat Dompu juga punya tradisi
merajah pengantin wanita atau Kapanca. Prosesi diawali oleh lima, tujuh, atau sembilan orang ibu.
Mereka akan merias telapak tangan dan dahi pengantin dengan titik hitam atau
putih. Berikutnya, akad nikah tradisional Dompu yang disebut Lafa. Setelah
akad/Lafa, suami lalu digiring ke rumah pengantin wanita. Selama wanita
menunggu suami
untuk bersanding, ada prosesi lain yang dinamai Nenggu. Saat pertama sampai,
suami harus terlebih dulu melakukan Caka atau menyentuhkan ibu jari ke kening
istri tiga kali. Esensi Caka adalah sebagai sentuhan awal pria-wanita secara sah
untuk pertama kalinya.
Setelah bersanding, kemudian diadakan
acara Tawuri Ro Kamaco atau pemberian selamat, sumbangan, dan bingkisan pada
kedua mempelai. Masyarakat
Dompu mengenal pula upacara pembetulan
letak bayi dalam kandungan ibu yang disebut Salama Loko. Sang ibu akan dibaringkan terlentang lalu, di bawahnya dibentangkan
beberapa helai kain tradisional yang diisikan recehan. Setelah itu, lembar demi
lembar kain yang menjadi alas ditarik keluar. Kemudian, uang logam yang
tercecer dilempar ke arah pintu guna diperebutkan. Acara ini diiringi oleh
zikir Asrafal Anam dan do’a-do’a dari para hadirin. Acara biasa dilaksanakan
pada pukul sembilan atau sepuluh pagi. Acara ini menyuguhkan kudapan wajib bagi
para ibu-ibu, yaitu Mangonco.
Setelah ibu melahirkan, masih ada lagi tradisi
Cafi Sari yang merupakan acara bersih-bersih lantai dari bekas persalinan. Bagi
bayi, ada ritual cukuran dan penyentuhan kaki pada tanah. Dalam upacara
disediakan sedikit tanah kering di atas daun pisang muda dan rebung (Dumu
Kakando). Ujung-ujung rambut bayi lalu diikatkan kepingan-kepingan emas murni
atau perak yang berjumlah lima, tujuh, atau sembilan. Berikutnya
ada Suna Ro Ndoso yaitu tradisi sunatan untuk anak yang telah berusia lima
atau enam tahun. Anak-anak yang disunat akan dirias dengan sarung kuning.
Masyarakat
Dompu juga memiliki lumbung padi tradisional yang disebut Lengge-Jompa. Lengge merupakan bangunan
panggung dua tingkat yang terbuat dari kayu beratap kerucut berbahan
rumbia. Tingkat pertama berbentuk bale-bale yang berfungsi sebagai tempat
bersantai. Sedangkan, tingkat paling atas adalah tempat penyimpanan padi.
Lengge sama sekali tidak menggunakan paku—melainkan pasak kayu kecil segi
empat—serta hanya mengandalkan presisi bagian per bagian. Empat tiang utamanya
dialasi batu pipih dan antara tingkat ditulangi empat balok kayu melintang
dengan papan pipih sebagai lantainya.
|
Lengge-Jompa |
Bentuk bangunan seperti ini memberi manfaat
tersendiri. Alas batu dan papan pipih yang menempel di balok tulang berfungsi
menghambat tikus naik ke tingkat paling atas. Terbukti, padi yang disimpan di
Lengge bisa tahan lama tanpa dimakan hama. Seiring zaman, rumbia kian sulit
ditemui dan dirasa kurang kuat, Lengge akhirnya dimodifikasi jadi Jompa. Bentuk
Jompa hampir sama dengan Lengge. Hanya saja atap yang digunakan adalah genteng
atau seng. Lengge-Jompa dibangun terpisah dari rumah tinggal penduduk. Tujuanya
mengantisipasi supaya jika rumah
tinggal terbakar, lumbung padi tetap selamat, begitu pula sebaliknya. Tapi, di
Dompu sendiri sekarang sudah jarang ditemui Lengge-Jompa.
Masyarakat
Dompu juga masih melestarikan tradisi menenun sarung Tembe Nggoli yang disebut
Muna. Tenunan ini berbahan dasar Benang Kapas (Kafa Mpida) yang dipintal
manual. Sementara, Tembe Nggoli sendiri memiliki beberapa motif indah seperti
Nggusu Waru (bunga bersudut delapan), Weri (wajik), Wunta Cengke (bunga
cengkeh), Kakando (rebung), dan Bunga Satako (bunga setangkai). Tradisi ini dapat anda temui di Desa Ranggo Kec. Pajo, Desa Persiapan
Temba Lae Kec. Pajo, dan sekitarnya. Harga
tenun berkisar antara Rp150.000-Rp1.000.000 tergantung bahan dan jenis pengerjaanya.
Muna lazim dikerjakan gadis-gadis remaja untuk mengisi waktu luang.
|
Ilustrasi Muna |
Perempuan
Dompu juga memiliki pakaian tradisional bernama Rimpu. Pakaian ini dikenakan guna menutupi aurat. Rimpu terbuat dari sarung Tembe
Nggoli. Rimpu sendiri terbagi jadi dua jenis: (a) Rimpu Colo yang dikenakan
wanita yang telah menikah. Rimpu hanya menampilkan wajah, telapak tangan, dan
kaki. (b) Rimpu Mpida yang dikenakan oleh gadis atau remaja. Rimpu hanya
menunjukan mata, telapak tangan, dan kaki saja. Saat ini sudah jarang yang
mengenakan Rimpu karena telah digantikan kerudung modern.
|
Perempuan Dompu mengenakan Rimpu |
|
Lepadi di Dompu |
Rakyat
Dompu juga memiliki tradisi pacuan kuda yang dinamakan Lepadi. Pacuan ini
diadakan tiap tahunya di 5 Km selatan kota Dompu. Uniknya, penunggang kuda yang
berlomba adalah anak-anak kecil yang berumur tak’ lebih dari delapan tahun.
Tapi, soal keahlian tidak usah ditanyakan lagi. Kuda memang merupakan satwa yang lazim ditemui
di Dompu. Daerah
ini bahkan dikenal pula sebagai penghasil susu
kuda liar. Populasi kuda banyak ditemui di padang rumput sekitar kaki gunung
Tambora.
Potensi Wisata Dompu
|
Pantai Lakey di Hu'u |
1.
Pantai Lakey :
Kecamatan
Hu’u memiliki salah satu tempat berselancar terbaik dunia, yakni pantai Lakey. Tiap tahunnya pantai ini menggelar kompetisi selancar tingkat dunia. Pantai Lakey
terletak sekitar 5 jam perjalanan dari kota Sumbawa Besar dan sekitar 1 jam 45
menit dari kota Dompu. Pantai Lakey-Hu’u memiliki 4 jenis ombak sekaligus,
yaitu: Periscope, Lakey Peak, Lakey Pipe, dan Cobble Stones.
|
Pulau Satonda |
2. Pulau Satonda:
Satonda
yang dikenal juga sebagai Gunung Satonda (289 mdpl) terletak di utara Sumbawa, dengan
luas daratan 4,8 Km2. Pulau ini memiliki danau air asin berdiameter
0,8 Km yang terletak tepat di tengah pulau. Ikan yang hidup di Danau Satonda
hanya mampu mencapai ukuran 5 cm. Sampai saat ini masih misterius kenapa ikan di
Danau Satonda tidak dapat berkembang dengan baik. Pulau Satonda dikelilingi
karang yang dihuni beragam ikan hias. Pulau Satonda terletak tak jauh dari
pantai Sopanda. Satonda dapat ditempuh sekitar 8 jam dari Sumbawa Besar dan 5
jam dari Dompu. Pulau Satonda juga terkenal dengan mitos menggantung batu permohonan
di pohon. Konon jika harapan yang
digantung bersama batu telah tercapai, si empunya harus kembali untuk melepas batu
tersebut.
|
Tambora dari kejauhan |
3. Gunung Tambora:
Tambora
pernah menjadi pusat letusan terdahsyat dalam sejarah. Gunung Tambora (2.851
mdpl) yang kecokelatan dan diselimuti lebatnya hutan lindung mendominasi topografi semenanjung utara Sumbawa. Perjalanan menuju Tambora
memakan waktu 5 Jam naik bus dari Dompu. Rute pendakian Tambora dapat dimulai
dari Desa Pancasila yang berada di kaki gunung. Pendakian Tambora biasa ditempuh selama 3 hari 2 malam lewat
hutan lindung. Tambora memiliki kawah berpanorama amat spektakuler.
|
Nanga Tumpu |
4.
Nanga Tumpu
Nanga
Tumpu terletak di rute Jalan Raya Sumbawa-Dompu yang berada 30 Km dari kota Dompu
dengan waktu tempuh 25 menit. Kawasan ini dihiasi berbagai gugusan pulau kecil,
seperti: Nisa Pu’du, Nisa Rate, Nisa Maja, dan Nisa Ko’do. Kawasan Nanga Tumpu dan sekitarnya sangat cocok untuk
kegiatan berenang, memancing, dan menyelam. Sekitar bulan Januari, Februari,
Maret, Juli, dan Agustus sangat ideal untuk kegiatan olah raga Wind Surfing, Kite
Surfing, dan Lomba perahu layar tradisional.
|
Ilustrasi Nanga Doro |
5. Nanga Doro
Nanga Doro adalah resort pegunungan tradisional di dekat Hu’u yang terkenal
dengan sumber mata air panasnya—suhu air di sini mencapai 800 C.
Tempat ini merupakan tempat yang pas untuk beristirahat dan melemaskan otot setelah sehari penuh
berselancar.
|
Ilustrasi Situs Nangasia |
6. Situs Nangasia
Dompu
juga memiliki situs purbakala yang diperkirakan sudah ada sejak 4.500 SM. Situs ini berisi berbagai peninggalan
masa lampau berupa manik-manik dan keramik. Nangasia kemungkinan dulunya adalah
pusat kegiatan leluhur masyarakat Dompu. Sebab, di sini ditemukan Wadu Kadera yaitu batu berbentuk kursi yang menjadi
tempat penobatan para Ncuhi, bekas telapak kaki Ncuhi, dan kubur duduk. Nangasia
terletak di kawasan wisata Lakey.
|
Kolam Pemandian Madaprama |
7. Madaprama
Madaprama adalah kawasan hutan lindung yang menjadi rumah bagi para marga satwa dan flora. Terletak sekitar 4 Km dari kota Dompu,
Madaprama juga dilengkapi kolam renang dengan panorama indah.
|
Pantai Ria |
8. Pantai Ria
Pantai ini berada di Desa Riwo Kec. Woja, sebelah barat Teluk Cempi. Pantai Ria yang alami
dengan pasir putihnya yang lembut merupakan salah satu wilayah terpencil di
Sumbawa Tengah. Pantai Ria banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal dari daerah
Dompu dan Sekitarnya.
Penginapan
RINJANI – Hotel & Restaurant
Jln. Jend. Sudirman, Dompu.
Kontak : (0373) 21445
ADHIYAKSA – Hotel & Restaurant
Jln. Mahoni No. 24 Doro Tangga, Dompu.
Kontak : (0373) 21708
SAMADA – Wisma
Jln. Gajah Mada No. 18 Bada, Dompu.
Kontak : (0373) 21417
RUKA WANGA – Wisma
Jln. Syekh Muhammad No. 1 Lingk. Sawete Bali I,
Dompu.
Kontak : (0373) 21643, (0373) 21201, 081917600076
KOTA BARU – Wisma
Jln. Sonokling No. 8 Kota Baru Bada, Dompu.
Kontak : 081918044855
SAHAB – Hotel & Mini Restaurant
Jln. Soekarno-Hatta, Dompu.
Kontak : (0373) 21577
PRAJA – Wisma
Jln. Soekarno-Hatta No. 26 Kota Baru Bada, Dompu.
Kontak : 081353489382
Akomodasi
Dari
Denpasar ke Dompu
1.
Naik bus ke Dompu Rp300.000 (2.5 hari).
2.
Naik pesawat ke Bima Rp800.000, dari Bima naik bus ke Dompu Rp10.000
Dari
Jakarta ke Dompu
1.
Naik bus ke Dompu Rp550.000 (3.5 hari).
2.
Naik pesawat ke Bima 1.4 juta, dari Bima naik bus ke Dompu Rp10.000
Testimoni
Turis
Semenarik
apa sebenarnya Dompu? Mari kita simak beberapa komentar turis yang pernah
berkunjung ke sana!
Pengelana Angan:
“Pantai
Lakey atau Lakey Beach yang terletak di Kecamatan Hu’u, Kabupaten
Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat, adalah salah satu lokasi berselancar
terbaik yang diakui oleh dunia ... Pantai
Ria adalah tempat yang tepat untuk melarikan diri dari
rutinitas keseharian yang melelahkan dan bersantai ria dengan keluarga. Karena
ketenanganya, Pantai Ria digemari khususnya oleh para pemancing. Daerah favorit
untuk memancing adalah tebing ‘Doro Belanda’ ... Selain situs purbakala, di
kawasan wisata Lakey juga terdapat obyek wisata Air Panas Lamea, Goa Jepang, dan Kampung Purna
sebagai kampung tertua penduduk asli Dompu. Sayang, jalan menuju ke kampung
yang kosong dan tak’ ditempati itu juga sulit dijangkau, sebab rutenya berkelok-kelok
dan berupa batu-batu lepas ... Hanya sayang,
kepedulian pemerintah dirasakan masih kurang. Wisata di pulau Sumbawa pada
umumnya masih kalah bersaing dengan pulau Lombok dan pulau Bali ... Yang perlu
mendapat perhatian khususnya di Pantai Lakey adalah perbaikan infrastruktur,
sebab jalan menuju pantai masih rusak parah, kebersihan lingkungan juga kurang
memadai, serta pasokan air bersih masih tersendat. Selain itu sarana
transportasi juga perlu lebih diintregasikan untuk memudahkan pengunjung mencapai
Pantai Lakey. Akomodasi termasuk penginapan juga harus memerhatikan unsur
keamanan dan kenyamanan.”
Catatan si Kudaliar:
“Yang paling menarik dari danau ini (Satonda) adalah pohon yang terdapat
di tepinya. Pohon berbuah batu. Pohon Kalibuda, si pohon harapan. Tidak
ada yang tahu pasti bagaimana tradisi menggantung batu di pohon tepian danau
bermula.”
Abdul Azis, Kampung Media Sanggicu Dompu:
“walau di pantai Ria tidak seperti pantai Lakey yang banyak dikunjungi
para wisatawan Asing, namun di sana tidak
kalah indahnya ...”
Pengunjung asal Bima,
Kampung Media Sanggicu Dompu:
“Pantai Ria lebih indah daripada pantai manapun, hanya saja belum
terawat begitu maksimal, dan jika saja terawat mungkin lebih daripada ini
pemandangannya.”
Pecinta Alam [Dot] Net:
“Tambora
adalah salah satu gunung yang cukup terkenal di kalangan para pendaki baik dari
Indonesia maupun manca negara ... Sepanjang perjalanan (menuju Tambora) akan
terlihat peternakan dan padang rumput yang sangat luas dengan kerbau yang hidup
secara liar. Kerbau tersebut hidup dan berkembang biak secara alami tanpa
perawatan khusus dari pemilik lahan ... Industri lain yang berkembang di sana
adalah industri kayu dan rotan. Juga banyak terdapat perkebunan Kopi, Cokelat, dan Jambu Mete ... semakin menanjak, penuh
pasir dan batu. Mendekati bibir kawah kita akan menemui dataran yang sangat
luas mirip padang pasir dengan butiran pasir yang halus yang sangat menyiksa
mata bila tidak kita lindungi ... Selama perjalanan dari bibir kawah ke puncak
banyak ditemui bunga Edelweis ... Dari puncak kita bisa menyaksikan keindahan
kawah Tambora yang membentang luas. Sungguh merupakan pemandangan alam yang
tidak ternilai harganya.”
Semoga, tulisan ini
bisa menggambarkan pada anda keelokan alam kabupaten Dompu. Akhir
kata, saya mohon maaf apabila ada salah penulisan/informasi baik yang disengaja
ataupun tidak.