Ilustrasi petani kopi di zaman kolonial Belanda |
Tanaman kopi
pertama kali didatangkan ke Indonesia oleh Belanda pada 1696
dari jenis arabika. Kopi
ini masuk melalui Malabar, India ke Batavia yang dibawa oleh
Komandan Belanda Adrian Van Ommen, yang kemudian ditanam dan dikembangkan di
tempat yang sekarang bernama Pondok Kopi, Jakarta Timur. Sayangnya
tanaman ini kemudian mati semua karena banjir maka, pada 1699 didatangkan lagi
bibit-bibit baru yang nantinya dibudidayakan di sekitar Jakarta dan Jawa Barat yang
akhirnya menyebar ke berbagai daerah di Nusantara seperti Sumatera, Bali,
Sulawesi dan Timor. Kopi di Sumatera pertama kali ditanam Belanda di Mandailing
dan Sidikalang yang kini telah menyebar hingga jauh ke selatan tepatnya di
sekitar Lampung-Sumatera Selatan. Kopi terkenal Sumatera antara lain berasal
dari Lintong, Mandailing, Gayo, dan Lampung.
Pengelepasan rombongan Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise |
Karena itulah
Daihatsu pada 2012 mengirimkan ekspedisi Terios 7 Wonders Sumatera Coffee
Paradise guna menelusuri dan mendokumentasi kenikmatan kopi dari berbagai
daerah di Sumatera. Penjelajahan Terios 7 Wonders di Bumi Andalas dipimpin oleh
Tunggul Birawa dengan sepuluh awak diantaranya: Insuhendang, Bimo S. Soeryadi,
Ismail Ashland, Aseri, Toni, Arizona Sudiro, Endi Supriatna, Enuh Witarsa,
David Setyawan, dan Rokky Irvayandi. Rombongan berangkat Rabu 10 Oktober 2012
pukul 10:00 dengan tiga mobil Terios Hi-Grade (dua TX bertransmisi automatis
dan satu TX manual) dari Vehicle Logistic
Center Jakarta yang resmi dilepas oleh manajemen PT. Astra Daihatsu Motor.
Misi Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise selain untuk mencicip kopi-kopi
Sumatera juga sebagai ajang unjuk performa Terios menempuh ribuan kilometer
medan jalan raya Bumi Andalas.
Persiapan
petualangan Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise berlangsung selama dua
hari di bengkel resmi Daihatsu. Setelah mobil dianggap prima, pemuatan
perbekalan pun dilakukan. Saking banyaknya, pada dua mobil perbekalan sampai
tidak cukup ditaruh di baris ketiga tempat-duduk-yang-dikosongkan sehingga,
peti atap (roof box) dan tas atap (roof bag) terpaksa dipasang. Maklum
karena anggota rombongan Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise adalah para
wartawan media cetak, elektronik, dan online.
Perbekalan ditata serapih dan seefektif mungkin dengan tanpa mengesampingkan
aspek keselamatan. Selain hal-hal barusan, persiapan pula meliputi pemantauan
kondisi aktual rute yang nantinya ditempuh.
Anggota tim Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise |
Perjalanan
tim Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise sebenarnya baru dimulai ketika
mereka mencapai Bakauheni, gerbang Sumatera. Menjelang subuh rombongan
berkonvoi menuju Bandar Lampung. Regu Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise
kemudian sampai dengan selamat di Bandar Lampung setelah berjam-jam berlomba melawan
truk-truk lintas di jalan Lampung yang tidak sebagus Jawa. Ekspedisi berlanjut
dan pada sore hari tim mulai memasuki Liwa. Atribut serta warung kopi
bertebaran di penujuru kota ini. Perkebunan kopi rakyat pun turut menghiasi panorama
jalan sepanjang Liwa-Danau Ranau. Setelah menempuh perjalanan yang amat panjang
dari Jakarta, regu akhirnya memutuskan rehat sejenak di pinggir Danau Ranau
sebelum nanti berinteraksi dengan para petani kopi.
Rute ekspedisi Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise |
Rute dari
Bakauheni ke Liwa tidaklah mulus, lega, dan rata. Ada banyak tikungan,
tanjakan, jalan berlubang, bergelombang, dan penyempitan. Hebatnya, Terios
dengan mesin 3SZ-DOHC VVT-I-nya nyaris tidak pernah kehabisan nafas melahap
trek yang tersaji sepanjang Bakauheni-Liwa. Ketangguhan Terios di medan
Sumatera juga tidak terlepas dari dapur pacu empat silinder 1495 cc yang mampu
menghasilkan tenaga maksimal 109 PS/6000 rpm. Akselerasi awal Terios dari 0-100
Km/jam ditempuh dalam ± 12 detik. Karakteristik ini membuat
Terios cocok dinobatkan sebagai tunggangan para petualang. Lantaran kabin yang
luas dan ergonomis berpadu dengan daya mesin yang mumpuni.
Spesifikasi Terios (Buka di tab baru (open in new tab) untuk memperjelas) |
Liwa
Setelah
memulihkan tenaga, tim kemudian bergeser ke suatu sentra pengolahan kopi milik
Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Utama di Sipatuhu. Koperasi ini konsisten
mengembangkan bisnis mereka terutama lewat inovasi kopi aroma ginseng dan
pinang. Aroma tambahan ini konon berkhasiat baik bagi kesehatan. Kopi di KUD
Karya Utama disangrai dalam oven bersuhu 190 0C hingga mencapai
tingkat kematangan yang diinginkan. Pencampuran dengan ginseng atau pinang dilakukan
juga pada proses sangrai oven. Rasa kopi ginseng dan pinang produk KUD Karya
Utama ini begitu nikmat. Selesai mencicip kopi ginseng dan pinang, sekarang
rombongan bakal mencoba kopi luwak.
Luwak dan fesesnya |
Sentra kopi
di sekitar Danau Ranau memang mengkhususkan produknya untuk kopi luwak. Tim
cukup beruntung dapat menengok proses terjadinya kopi luwak. Mereka melihat
langsung luwak-luwak liar yang ditangkarkan para petani. Patut diketahui bahwa
kopi bukanlah panganan utama luwak. Kopi bagi luwak lebih seperti makanan
selingan atau cemilan. Kopi luwak begitu mantap lantaran buah kopi yang dimakan
adalah yang kualitasnya terbaik. Jika luwak sudah mengudap buah kopi yang
disediakan, tinggal tunggu setidaknya enam jam sebelum ia mengeluarkannya
kembali dalam bentuk gumpalan-gumpalan biji kopi. Selama proses pencernaan,
biji kopi mengalami fermentasi alami dalam perut luwak yang kemudian
diekskresikan melalui feses. Walau judulnya feses tapi MUI sudah menyatakan
kopi luwak halal konsumsi.
(Buka di tab baru (open in new tab) untuk memperjelas) |
Gumpalan-gumpalan
biji kopi dari feses luwak selanjutnya dibersihkan dan dikeringkan guna
pengolahan selanjutnya. Kopi luwak Liwa biasa dipasok ke beberapa hotel di
Jakarta dan harganya bisa sampai 1,9 juta/Kg. Namun dibalik keistimewaan kopi
luwak terselip sejarah getir yang menyertainya. Menurut riwayat, kopi luwak
hadir sebagai respons terhadap cultuurstelsel
(tanam paksa) Belanda di awal abad delapan belas. Petani kala itu cuma
boleh menanam dan memelihara saja, sedangkan pemanenan kopi serta pengolahan
diserahkan ke Belanda. Para petani yang tidak bisa menikmati jerih payahnya
kemudian menyadari adanya sejenis musang yang gemar memakan buah kopi dan
meninggalkan feses berupa gumpalan biji kopi di areal perkebunan. Biji-biji itu
diambil kemudian dibersihkan, disangrai, ditumbuk, dan diseduh seperti kopi
umumnya. Kebiasaan petani mengonsumsi kopi luwak ini akhirnya diketahui
Belanda. Setelah Meneer-Meneer
Belanda ikut mencoba ternyata mereka juga suka. Kopi hasil pencernaan luwak
kualitasnya setara dengan fermentasi di gudang khusus selama lima hingga
delapan tahun. Kopi luwak diketahui rendah kafein, tidak terlalu pahit, dan
cita rasanya bertahan lama di mulut.
Lahat
Rombongan Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise disambut Bupati Lahat |
Penjelajahan
berlanjut kembali, sekarang tim akan mengarah surga kopi lain masih di sekitar
Bukit Barisan. Ekspedisi Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise bergerak ke
barat laut tepatnya menuju Lahat. Regu tadinya masih agak cemas dengan keadaan
di sana, dikarenakan citra Lahat yang kurang aman. Namun, perasaan itu lenyap
seketika memasuki kota Lahat sekitar jam delapan malam. Sesampainya,
rombongan disambut langsung oleh Bupati
Lahat H. Saifudin Aswari Riva’i dan staf. Tim malam itu mengobrol di salah satu
sudut jalan dekat pasar lama Lahat. Bahkan beberapa masyarakat pun ikut kumpul
di sana. Kopi lagi-lagi menjadi teman akrab kala berbincang. Pak Bupati Aswari yang
juga seorang offroader menuturkan, “Lahat sudah berubah. Citra buruk mulai
ditanggalkan dan masyarakat mulai terbuka dengan tamu dari luar. Kami sejalan
dengan tim Terios 7 Wonders untuk mengangkat kembali kopi Lahat yang sempat
kondang.”, sebagai jawaban kekhawatiran rombongan terkait citra Bumi
Seganti Setungguan.
Esok
harinya, tim Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise berkesempatan
mengunjungi usaha rumahan pengolahan kopi milik Zahari Cikman yang beroperasi
sejak 1980. Biji kopi produk Zahari Cikman diolah secara sederhana tapi tetap
dengan tidak menghilangkan aroma khas kopi Lahat. Api proses sangrai berasal
dari pembakaran batok kelapa. Proses penggilingan dilakukan dua kali guna menghasilkan
kopi yang siap saji. Pemasaran kopi produk Zahari Cikman sudah sampai ke luar
Lahat, seperti Palembang dan Lampung. Zahari Cikman mampu mengolah hingga 100
kg kopi per hari. Sebagian keluarga Zahari Cikman dan tetangganya rutin
membantu proses pemilahan serta pengemasan kopi.
Kopi
merupakan salah satu unggulan sektor perkebunan Kabupaten Lahat. Tanaman yang
dapat dijumpai hampir di seluruh kecamatan ini berperan sangat besar dalam
menopang kegiatan ekonomi Lahat. Luas areal tanaman kopi di Lahat mencapai
114.317 Ha dengan total produksi lebih dari 57.329 ton per tahun. Luas lahan
maupun produksi kopi Lahat merupakan yang terbesar di Sumatera Selatan.
Kualitas kopi bisa ditentukan lewat tingkat kandungan air bijinya. Umumnya,
kadar air biji kopi dari petani berkisar antara 15%-17%. Petani butuh
pengeringan empat hingga enam hari untuk mendapat kisaran ini. Petani kopi
Lahat biasa menjual hasil tanamannya ke pengumpul atau pasar mingguan. Upaya
Bupati H. Saifudin Aswari Riva’i mengangkat kembali pamor kopi Lahat memang
harus didukung segenap pihak. Sebab dengan begitu kesejahteraan petani kopi
Lahat bakal meningkat yang pada ujungnya niscaya memberi kebanggaan bagi
masyarakat Kabupaten Lahat pada umumnya.
Kota Pagar Alam
Menjelang
siang, rombongan kembali bergerak menuju Pagar Alam yang jaraknya hanya 48 Km
dari Lahat. Kota Pagar Alam terbentuk pada 2001—dulunya daerah ini merupakan
suatu kota administratif di Kabupaten Lahat. Perjalanan ke sana melalui trek
yang menantang: Berkelok, berbukit, dan berbatu. Untungnya Terios dengan
suspensi depan MacPherson strut with coil
spring and stabilizer dan suspensi belakang 5 link, rigid axle with coil spring sanggup meredam hentakan selama
perjalanan sehingga penumpang di kabin tetap nyaman. Begitu sampai di Pagar
Alam rombongan mampir di warung makan 88. Tidak lupa tim juga memesan kopi
sebagai pendamping santap. Kopi Pagar Alam aromanya khas dan lembut saat
diminum. Pagar Alam merupakan daerah nan sejuk dan hijau yang terletak di
sekitar Gunung Dempo.
Ilustrasi petani kopi Pagar Alam dan tim Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise |
Regu Terios
7 Wonders Sumatera Coffee Paradise penasaran dengan perkebunan kopi di Pagar Alam.
Kala itu belum waktu panen jadi bukan momen yang cukup tepat untuk berkunjung.
Walau demikian, petani kopi tetap melakukan beragam kegiatan di kebun mereka,
meski tidak tiap hari, seperti menjaga kondisi pohon dan memetik beberapa buah
kopi yang ranum. Kalau musim panen petani bisa memetik sampai lima keranjang
kopi per orang. Setelah dipetik biji kopi kemudian dipisahkan dari daging buahnya.
Sehari petani di sini bisa mengolah 100 kg buah kopi dan cuma menghasilkan 60
kg biji kopi. Ampas sisa pengolahan kopi biasa dimanfaatkan petani sebagai
pupuk organik.
Puas melihat
pemisahan biji kopi dari daging buahnya, Tim ekspedisi Terios 7 Wonders
Sumatera Coffee Paradise diundang oleh Alpian—pengolah kopi setempat—untuk makan
siang di rumah tepi sungainya. Jalan menuju ke sana tidak mudah. Ada lintasan
tidak rata dan tergenang air sungai. Namun rombongan tidak terhenti karena
keadaan ini sebab, Terios mempunyai ground
clearence yang tinggi. Wajarlah jika sport
utility vehicle (SUV) ini jadi salah satu yang terlaris di Indonesia. Regu
Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise senang bersantap siang di sana karena,
jamuan dihibur oleh suara alam dan gemercik sungai. Tidak lupa kopi Pagar Alam
pun disuguhkan sebagai penyempurna makan siang.
Ratu Juliana dari Belanda (1909-2004) |
Petani kopi Pagar Alam turun-temurun menjual biji kopi mereka
mentah-mentah. Dikarenakan di Pagar Alam belum tersedia pabrik pemrosesan kopi.
Biji kopi Pagar Alam kebanyakan berjenis robusta dan sering dijual ke daerah
terdekat seperti Lampung. Tidak heran kalau kopi Lampung jauh lebih terkenal
daripada kopi Pagar Alam. Lantaran kopi Lampung adalah campuran dari berbagai
kopi yang ada di Sumbagsel. Kopi Pagar Alam berkualitas baik sebab di sana kopi
ditanam di lahan pegunungan yang sejuk, tanahnya subur, serta tanpa tambahan
obat dan pupuk kimia. Bahkan konon, saking spesialnya kopi Pagar Alam, Ratu
Juliana dari Belanda sempat memfavoritkannya. Ratu Juliana dikenal sebagai
seorang pecinta kopi. Pagar Alam memiliki sebuah kebun kopi yang khusus
menghasilkan produk unggul yang dahulu seluruh panennya dikirim ke dapur istana
sang Ratu. Perkebunan termahsyur Pagar Alam itu terletak di sekitar Simpang
Padang Karet.
Empat Lawang
Lambang Kabupaten Empat Lawang pada sisi kanan terdapat gambar tanaman kopi |
Selesai
dengan pesona Pagar Alam, ekspedisi bergeser menuju satu lagi surga kopi di
Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Empat Lawang. Daerah ini diresmikan sebagai
Kabupaten pada 8 desember 2006. Sebelumnya Empat Lawang adalah bagian dari
Kabupaten Lahat. Sektor primer perekonomian Bumi Saling Keruani Sangi Kerawati
sebagian besar ditopang oleh pertanian (47,16%). Ini terlihat dari bentangan
perkebunan rakyat di Empat Lawang sebesar 71.718,25 Ha atau 32% dari luas
wilayah Kabupaten. Tanaman yang mayoritas dibudidayakan petani Empat Lawang
ialah kopi dengan total luas perkebunan 61.978 Ha (2010). Tidak heran begitu
favoritnya kopi bagi masyarakat Empat Lawang hingga mereka sepakat
menjadikannya lambang Kabupaten. Pemda setempat juga ikut memperkuat kesan ini
dengan menjadikan kopi sebagai motif batik Empat Lawang.
Kopi
Empat Lawang cukup khas karena merupakan silangan antara robusta dan arabika.
Masyarakat Empat Lawang menyebut kopi sebagai kawo yang diadaptasi dari bahasa
Arab “Qahwah”. Pemda Empat Lawang sangat serius mengembangkan kopi sebagai aset
ekonomi Kabupaten. Salah satunya dengan melabeli Kawo EMASS pada kopi produk
Empat Lawang yang merupakan singkatan Ekonomi Masyarakat Aman Sehat dan
Sejahtera. Selain itu, Pemda Empat Lawang juga melakukan banyak program lain
untuk memajukan petani kopi diantaranya: Peningkatan mutu kebun agar
produktivitas meningkat dan biji kopi yang dihasilkan memiliki cita rasa khas
yang konsisten, mendirikan gedung khusus kopi, sambung pucuk, pengembangan kopi
organik, petik masak, serta pengelolaan pasca panen lewat pengeringan di lantai
permanen atau terpal. Ternyata masyarakat Empat Lawang juga bukan cuma gemar
menangguk penghidupan dari biji kopi namun pula memanfaatkan kayunya untuk
kerajinan. Bahan baku kerajinan diambil dari batang kopi yang sudah tidak
produktif lagi. Karya masyarakat Empat Lawang ini sudah sering diikutkan pameran
hanya saja masih sulit bagi mereka memenuhi pesanan berdimensi besar
dikarenakan kendala pengemasan dan pengiriman.
Peta sebaran potensi kopi di Lampung-Sumatera Selatan (Klik untuk memperbesar) |
Rombongan
Terios 7 Wonders Sumatera Coffee
Paradise akhirnya merampungkan ekspedisi di wilayah Lampung-Sumatera Selatan.
Kawasan ini spesial karena terdapat empat dari tujuh destinasi Terios 7 Wonders
Sumatera Coffee Paradise. Dilaluinya beragam trek sepanjang Bakauheni-Empat
Lawang turut membuktikan Terios bukan hanya tangguh namun pula aman. Fakta ini
ditunjang oleh beberapa kelebihan Terios seperti dual SRS airbag yang
sesuai standar keamanan ASEAN NCAP, teknologi anti-lock braking system (ABS) guna mencegah penguncian cakram saat
pengereman mendadak, serta desain ukuran ban yang lebih lebar dari varian
sebelumnya untuk meningkatkan kestabilan berkendara. Terios yang aman juga
masih dilengkapi lagi dengan tipe kemudi rack
and pinion with electric power steering yang memudahkan supir mengendalikan
mobil. Tidak hanya supir yang kenyamanannya diperhatikan Terios tapi juga
penumpang yang dibawanya. Ini terbukti dari tersedianya sistem pendingin udara double blower dan kemampuan kursi baris
kedua yang bisa dimundur-majukan terpisah.
Beberapa kelebihan Terios (Buka di tab baru (open in new tab) untuk memperjelas) |
Macam-macam warna Terios |
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bukti tweet |
Bukti follow Twitter |
Bukti like Facebook |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar