Way Kuripan dari atas Jembatan Beton |
Beberapa waktu lalu, saya
berkesempatan untuk berkunjung dan melihat langsung keseharian masyarakat
bantaran Way Kuripan di Kelurahan Gedung Pakuon, Teluk Betung Selatan, Bandar
Lampung. Letak permukiman yang dikunjungi ada di bawah jembatan beton zaman
Belanda Jln. R. E. Martadinata. Begitu menitipkan motor di salah satu rumah
penduduk, saya langsung menyusuri gang ke bawah jembatan. Saya lantas menanyakan
rumah Pak RT setempat. Warga sekitar menunjukan saya rumah Pak Edy Jen Ketua RT
01.
Saya memperkenalkan diri dan menyatakan
maksud serta tujuan datang ke sana. Pak Edy yang kala itu berkaus hitam tanpa
lengan, menyambut saya dengan ramah. Lewat informasinyalah saya mengetahui
bahwa sebagian besar penduduk setempat bekerja sebagai kuli panggul gudang dan
tukang becak. Pendapatan sehari-hari mereka tidak menentu. Kadang
Rp.25.000-50.000 atau bahkan tidak dapat sama sekali. Menyangkut qurban, daerah
ini ternyata tidak pernah menerimanya.
Pemandangan Jembatan Beton dari bawah |
Gang sempit di permukiman Jembatan Beton |
Jalan di bantaran Way Kuripan |
Masih menurut Pak Edy, perkampungan
Jembatan Beton mulai ada sejak awal 70-an. Status kepemilikan tanah di sana
sudah atas nama pribadi. Luas rata-rata rumah penduduk sekitar 5x5 m. Melihat
lingkungan permukiman yang dipenuhi gang sempit dan tepat di bantaran sungai,
saya sempat menanyakan tentang kesehatan warga setempat. Syukurlah, warga di
sini tidak pernah terjangkit wabah penyakit menular, DBD, cikungunya, diare,
disentri, atau penyakit lain yang disebabkan sanitasi buruk. Warga juga
masing-masing sudah memiliki ASKES dan JAMKESMAS.
Jembatan Beton R. E Martadinata |
Pak Edy Jen sempat menuturkan bahwa
kadang ada bantuan dari pemerintah kota dalam bidang kesehatan dan gizi balita.
Lingkungan ini juga mendapat jatah Fogging Pemkot. Tapi, Pak Edy pernah menolak
hal tersebut dengan alasan asap yang dikeluarkan tidak tersirkulasi dengan
baik—sehingga rawan memicu sesak nafas. Setelah mendapat cukup informasi saya
pun melanjutkan penelusuran.
WC umum di sepanjang Way Kuripan |
Langkah kaki menuntun saya ke
perkampungan selanjutnya di sekitar jembatan Jln. Ikan Sebelah. Melihat banyak
WC umum di sepanjang jalan, saya pun mampir ke sebuah rumah panggung untuk
menanyakan hal tersebut. Kali ini ada pasutri tua etnis Bugis yang menyambut
saya. Tidak seperti kehidupan dan tampang mereka yang sangar. Penerimaan yang
saya dapat rupanya sangat hangat. Beberapa orang yang lewat di depan rumah pun menyempatkan
diri berhenti dan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Sama seperti tempat
pertama, daerah ini juga hampir tidak pernah menerima qurban—kecuali para janda
jomponya.
Jembatan Jln. Ikan Sebelah |
Rumah panggung di sekitar jembatan Jln. Ikan Sebelah |
Way Kuripan di Kel. Pesawahan |
Untuk memenuhi kebutuhan air minum
warga memanfaatkan hidran umum PDAM. Tiap ember dikenai tarif Rp.100 sedangkan,
untuk jerigen ukuran 25 L Rp.500. Hasil uang yang terkumpul digunakan untuk
membayar biaya PDAM. Mungkin ini tidak ada hubunganya dengan judul di atas.
Tapi, setidaknya berguna bagi saya mahasiswa teknik lingkungan. Dengan ini saya
bisa meninjau langsung kaitan antara pendapatan, kualitas sanitasi, kesehatan,
dan kesejahteraan.
Anak-anak bermain di dekat perahu nelayan |
Bocah yang kebetulan minta difoto |
Satu hal yang mencolok di sepanjang
perjalanan saya adalah gerombolan anak kecil yang riang bermain di atas
perahu-perahu nelayan. Mereka tidak menghiraukan kurangnya lahan bermain, tercemarnya
air sungai, kumuhnya perkampungan, dsbg. Bahkan saat saya berusaha mengambil
gambar pun banyak dari mereka yang minta ikut difoto. Tidak kalah dengan bocah,
orang dewasa di sini pun punya cara dalam menghibur diri. Sebagian mereka ada
yang duduk di depan rumah sambil bercengkerama dengan tetangga, main cabutan
kupon rokok, atau sekedar menyetel musik dangdut. Atas pertimbangan hal-hal di
atas, saya sangat merekomendasikan perkampungan bantaran Way Kuripan sebagai
daerah yang cocok untuk menerima qurban EXTRAJOSS.
Nama : Edo Prasojo
Telepon :
081379460128
E-mail : prasojo_edo@yahoo.co.id
Twitter : @Gunarman
Terharu deh baca cerita ini. Ini masuk komunitas susah air itu kali ya?
BalasHapusMakasih rekomendasinya semoga ini menjadi daerah terpilih :)
Kalo melihat dari jumlah WC umumnya sih kemungkinan besar begitu mbak.. :(
HapusBtw, sama-sama mbak
Makasih juga bwt semangatnya :)
congrats, masuk 10 nominator extra joss berani berkurban. semoga menang...
BalasHapusbest regard,
boomberita.blogspot.com