Selasa, 17 Desember 2013

Lima Tahun Viva di Mata Saya




Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat atas ulang tahun Viva.co.id yang ke-5. Saya selaku blogger mengaku amat terbantu dan tersanjung dengan segala upaya Viva selama ini pada kami. Viva di mata saya merupakan salah satu portal berita teradaptif, ‘tak heran pertumbuhannya termasuk pesat di Indonesia. Adaptasi radikal Viva sudah terlihat semenjak mereka berusaha mengubah tampilan dan domain web. Tampilan lama Viva yang menempatkan kanal blog di bagian cukup atas merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap blogger yang harus diingat dan diapresiasi.

Lima tahun umur Viva telah membuktikan bahwa portal ini sanggup menjadi web yang secara navigasi rapih dan terkelola secara profesional. Viva juga mampu memanjakan pengguna mobile, seperti saya, dalam mengakses berita. Konten Viva mempunyai resolusi layar yang pas di HP NOKIA X2-00 saya; selain itu waktu muatnya (loading duration) juga cepat. Ditambah lagi, kupasan berita Viva memiliki informasi yang sarat dan mendalam yang kadang pula diimbuhi beberapa subjudul. Cara Viva membina hubungan dengan blogger patut dikatakan luar biasa. Viva hampir ‘tak pernah sepi oleh rangkaian sayembara. Hal ini makin menguatkan citra bahwa Viva bukan cuma ingin meraup sebanyak-banyaknya pengunjung namun pula ikatan emosional dengan pembacanya. Akhir kata, sekali lagi saya mewakili blogger Indonesia menghaturkan selamat pada ulang tahun Viva yang kelima.

Sabtu, 09 November 2013

Fasilitas Air Terpadu Untuk Permukiman Pesisir

Objek permukiman pesisir saya pilih karena tergugah survey kami beberapa waktu lalu di Kota Karang, Bandar Lampung. Adapaun definisi permukiman pesisir adalah sebagai berikut: menurut keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan KEP.10/MEN/2002 pesisir adalah wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, di mana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan provinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota; berdasarkan UU No.4 tahun 1992, permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Jadi secara sederhana permukiman pesisir dapat diartikan tempat tinggal atau hunian yang berada di daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut.

Banyak permukiman di pesisir pantai Indonesia menghadapi permasalahan lingkungan sulit, seperti: Banjir rob, intrusi, penurunan level tanah, serta kontaminasi E. Coli pada air sumur. Salah satu contohnya terjadi di Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Tingginya eksploitasi air tanah (penyedotan dan pertumbuhan sumur bor) di sana tidak dibarengi kemampuan pembaharuan alami air yang hanya 1 x 10-2 cm/detik. Akibatnya, akuifer yang tadinya bertekanan karena terisi air kini lowong dan kemasukan air asin.

Eksploitasi air-tanah-dalam memicu penurunan muka tanah bahkan hingga titik di bawah permukaan laut. Daerah yang mengalami ini akan sering terkena banjir rob. Genangan yang terus-menerus selama bertahun-tahun terbukti menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat. Banyak di antara rumah penduduk lantainya harus ditinggikan 10-50 cm tiap lima tahun sekali. Beberapa rumah yang tergenang juga ditinggalkan oleh penghuninya. Tembok jadi retak, tanah urukan terendam, dan kusen banyak yang busuk. Kerugian akibat banjir rob dan penurunan tanah juga harus ditanggung Pengelola Kota. Karena mereka tiap lima tahun mesti meninggikan jalan-jalan arteri primer supaya aktivitas ekonomi tidak terhenti. Banjir rob menyebabkan pipa serta peralatan distribusi air bersih mudah rusak karena berkarat. Air yang meresap ke tanah di pemukiman menambah volume septictank penduduk sehingga pengurasan harus dilakukan rutin tiap dua tahun.

Peristiwa ini bisa jadi pelajaran berharga bagi perencanaan pesisir di daerah lain. Memang ada solusi bagi beberapa problem di atas tapi itu terlalu mahal. Seperti banjir rob, di mana Pemerintah harus membangun dam seperti di Belanda untuk menjaga lahan dengan ketinggian di bawah permukaan laut tetap kering. Satu-satunya langkah murah adalah pencegahan. Tindakan ini haruslah terintegrasi dari mulai perencanaan, kontrol, hingga rekayasa sosial.

Antisipasi nantinya dituangkan ke dalam sistem prasarana air yang meliputi: Instalasi air bersih, bangunan pengolahan limbah cair domestik, perpipaan, sumur resapan, MCK umum, septictank komunal, drainase, dan rain water harvesting. Pembangunan infrastruktur tadi harus dibarengi niat pelestarian lingkungan serta perlindungan kesehatan masyarakat lewat dua langkah konkret yaitu zero waste dan 3R (reduce, reuse, dan recycle).

(1) Infrastruktur pertama yang mesti tersedia adalah instalasi air bersih. Sarana ini dibutuhkan guna meningkatkan kesehatan penduduk serta meminimasi upaya eksploitasi air tanah. Biaya penyambungan harus dibuat terjangkau dengan kualitas pelayanan yang prima. Masalah pelik yang dihadapi Perusahaan Air Minum (PAM) sekarang—seperti tingkat kehilangan air yang tinggi, penyaluran yang diskontinu, kontaminasi selama distribusi, dsbg—wajib diatasi simultan dengan penyediaan air bagi rumah tangga pesisir! Sebab hal ini niscaya akan menambah kepercayaan konsumen pada PAM.

(2) Infrastruktur kedua yang juga penting bagi pengejawantahan zero waste dan 3R adalah septictank komunal. Permukiman rapat merupakan tempat yang rawan kontaminasi E. Coli pada air sumur. Ini disebabkan dekatnya septictank dengan sumber air. Kontaminasi tersebut dapat dicegah dengan menyatukan septictank di suatu tempat. Instalasi ini bukan cuma sebagai tempat penampungan namun pula dapat berfungsi sebagai reaktor biogas. Produk septictank yang berupa metan bisa mensubtitusi penggunaan LPG yang pada akhirnya menghemat pengeluaran rumah tangga. Septictank komunal sebaiknya ditempatkan dalam satu areal pertamanan sehingga air hasil olahanya bisa dimanfaatkan untuk penyiraman.

(3) Infrastruktur ketiga yang merupakan kunci permukiman pesisir ramah lingkungan adalah bangunan pengolahan limbah cair domestik. Pembuangan sembarang limbah ke badan air rawan merusak ekosistem laut dan muara. Padahal dua daerah ini merupakan rumah bagi ikan yang jadi mata pencarian nelayan. Limbah cair domestik berasal dari wastafel, kamar mandi, dan tempat cuci. Limbah cair domestik kaya bahan organik, jika jumlahnya melampaui ambang batas rentan menurunkan kadar Dissolved Oxygen (DO) perairan. Ini bisa makin parah bila industri pengasinan ikan ikut menggelontorkan limbah. Maka itu, guna mengantisipasinya suatu kawasan membutuhkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

IPAL
Fasilitas di atas mesti dibuat sepaket dengan sistem sewer terpisah yang tertutup. Sewer terbagi atas saluran air kotor (riol) dan drainase (stormwater system). Tiap rumah harus sudah memisahkan antara saluran limbah cair dan air hujan sebelum terhubung ke sewer. Air hujan dari talang masuk drainase sedangkan limbah cair ke riol. Air drainase disalurkan ke embung dan sumur resapan; limbah dari riol ke IPAL. Air hasil olahan IPAL yang telah aman selanjutnya dapat dilepas ke badan air. Sebagai tambahan, embung sebaiknya dibangun sekomplek dengan taman luas. Mereka dapat menjadi ruang terbuka hijau (RTH) ideal.

Sistem sewer terpisah dan tertutup
(4) Infrastruktur keempat yang cukup disarankan adalah rain water harvesting. Cara kerjanya adalah dengan menyimpan air hujan ke dalam suatu tangki. Air dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau diresapkan kembali ke tanah. Masing-masing rumah sebaiknya punya rain water harvesting. Namun bila belum memiliki, air hujan dapat dialirkan langsung ke drainase. Rain water harvesting bisa mencegah overkapasitas badan air yang ‘tak lain pemicu banjir.

Skema rain water harvesting
(5) Infrastruktur kelima yang baik bagi konservasi air tanah pesisir lainya adalah sumur resapan. Bentuknya seperti sumur gali dengan kedalaman tertentu yang dindingnya bisa tanah, berbis beton, atau diberi susunan bata; dengan dasar kosong atau diisi batu belah dan ijuk. Manfaat sumur resapan antara lain: (a) Mengurangi aliran permukaan (run off) sehingga dapat mengurangi risiko banjir dan genangan air, (b) mempertahankan tinggi permukaan air tanah, (c) mengurangi erosi dan sedimentasi, (d) mengurangi/menahan intrusi air laut, (e) mencegah penurunan  tanah (land subsidance), serta (f) mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah. Sumur resapan bisa dilengkapi tutup beton, bak kontrol, tutup bak kontrol, atau saluran inlet-outlet. Sumur resapan dapat dibangun di jalur hijau guna menampung limpasan hujan dari jalan.

Skema sumur resapan
(6) Infrastruktur terakhir yaitu MCK umum cukup dibutuhkan permukiman padat dan miskin. Di sini warga bisa cuci baju dan mengambil air bersih dengan murah. Fasilitas ini saya jumpai di perkampungan Jembatan Beton, Kelurahan Gedung Pakuon, Bandar Lampung ‘tak jauh dari Kota Karang. Sarana ini berfungsi untuk meningkatkan sanitasi penduduk setempat. Pengelolaan dapat diserahkan pada masyarakat.

MCK umum di perkampungan Jembatan Beton
Mewujudkan fasilitas-fasilitas di atas memang bukan perkara mudah. Ini karena banyak hunian pesisir yang sudah permanen. Butuh usaha dan dana besar untuk menata ulang mereka. Tapi setidaknya kita telah menyediakan solusi bagi sumber daya air permukiman pesisir yang berkelanjutan.



Referensi Web:

Daftar Pustaka:
Putra, D. R. & Marfai, M. A. (2012). Identifikasi Dampak Banjir Genangan (Rob) Terhadap Lingkungan Permukiman di Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Jumat, 19 Juli 2013

[7Wonders] Dompu: Sebuah Nama Beribu Cerita




            Saya amat terpesona oleh keindahan alam Nusa Tenggara. Savananya yang luas, pantai-pantai yang eksotis, dan penduduknya yang akrab berkuda merupakan keunikan yang luar biasa. Kali ini, saya akan membawa anda lebih dekat dengan salah satu kabupaten menakjubkan di NTB, Dompu.
 
Logo Kabupaten Dompu


Daftar Bahasan:
·        Profil Umum Wilayah
·        Sejarah Dompu
·        Budaya & Adat Istiadat
·        Potensi Wisata Dompu
·        Penginapan
·        Akomodasi
·        Testimoni Turis

Tekan Ctrl + F untuk menemukan apa yang anda maksud!
 
Profil Umum Wilayah
Dompu adalah sebuah kabupaten di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kabupaten Dompu yang ber-ibu kota di Dompu mempunyai delapan kecamatan: Hu’u, Kempo, Kilo, Manggalewa, Pajo, Pekat, Dompu, dan Woja. Kabupaten Dompu berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa dan Teluk Saleh di barat, Kabupaten Bima di utara dan timur, serta Samudera Hindia di selatan. Sebagian besar topografi kabupaten Dompu (46,38%) berada di ketinggian 100-500 mdpl. Kabupaten Dompu memiliki luas wilayah 2.321,55 km² dengan jumlah penduduk 218.984 jiwa (sensus 2010). Kabupaten Dompu mempunyai kepadatan penduduk 94,2 jiwa/Km2. Perekonomian Dompu masih dominan ditopang sektor pertanian. Kabupaten Dompu memiliki suhu rata-rata 200-300 C pada siang dan 200 di malam hari.
 
Peta kabupaten Dompu

Sejarah Dompu
            Dompu dahulunya adalah sebuah kerajaan atau kesultanan. Dompu tergolong sebagai kerajaan tertua khususnya di kawasan Timur Indonesia. Menurut sejarah, di Dompu sebelum terbentuknya kerajaan telah berkuasa beberapa Ncuhi (kepala suku /raja kecil). Terdapat empat orang Ncuhi, yakni Ncuhi Hu`u yang berkuasa di daerah Hu`u (sekarang Kecamatan Hu`u), Ncuhi Soneo yang berkuasa di daerah Soneo (sekarang Kecamatan Woja dan Dompu), Ncuhi Nowa yang berkuasa di Nowa, serta Ncuhi Tonda yang berkuasa di Tonda (sekarang wilayah Desa Riwo Kecamatan Woja). Ncuhi Hu`u adalah yang terkemuka di antara tiga Ncuhi lainya.

Legenda mengisahkan bahwa raja Dompu pertama adalah putra raja Tulang Bawang yang dinikahkan dengan Komba Raweanak Ncuhi Patakula yang dulu sempat berkuasa di Woja. Putra raja Tulang Bawang (sekarang daerah Lampung) tersebut sampai ke Dompu karena terdampar di wilayah timur Woja. Berdasar hikayat, Raja Dompu ke-2 diteruskan oleh Dewa Indra Dompu. Lalu berturut-turut Raja ke-3 adalah Dewa Mbora Bisu, yang ke-4 adalah Dewa Mbora Balada, dan selanjutnya hingga raja-raja Dompu islam (sultan).

Letusan Tambora pada 11 April 1815 mengakibatkan tiga kerajaan kecil (Pekat, Tambora, dan Sanggar) yang terletak di sekitar Tambora musnah. Ketiga wilayah kerajaan kecil itu kemudian masuk ke dalam bagian Kerajaan Dompu. Perluasan wilayah Kesultanan Dompu ini dianggap sebagai suatu kelahiran baru. Sejarawan Helyus Syamsudin menuturkan bahwa peristiwa tersebut mendasari penetapan 11 April sebagai hari lahir kabupaten Dompu, yang dikuatkan Perda No.18 tahun 2004.


Budaya & Adat Istiadat
            Kebudayaan Dompu banyak dipengaruhi oleh corak islam. Hal ini terlihat dari upacara adat serta pakaian tradisional yang dikenakan. Upacara-upacara adat tersebut dihelat guna menandai peristiwa-peristiwa penting dalam hidup. Contohnya adalah Nika Ra Nako yang merupakan upacara pernikahan bagi rakyat jelata. Sedangkan, Campo Ra Kaboro adalah upacara pernikahan bagi bangsawan. Teka Ra Ne’e adalah tradisi menumbuk padi yang berjumlah 50-100 ikat di lesung—untuk dijadikan Mu’bu Pangaha atau tepung beras—oleh kaum wanita di lokasi pernikahan. Tumbukan padi ini mengalunkan nada tertentu (Eli Kandei) yang dimaksudkan sebagai undangan bagi para wanita setempat. Mereka yang datang biasanya akan membawa tambahan padi guna ditumbuk bersama.
 
Ilustrasi Teka Ra Ne'e
            Masyarakat Dompu juga punya tradisi merajah pengantin wanita atau Kapanca. Prosesi diawali oleh lima, tujuh, atau sembilan orang ibu. Mereka akan merias telapak tangan dan dahi pengantin dengan titik hitam atau putih. Berikutnya, akad nikah tradisional Dompu yang disebut Lafa. Setelah akad/Lafa, suami lalu digiring ke rumah pengantin wanita. Selama wanita menunggu suami untuk bersanding, ada prosesi lain yang dinamai Nenggu. Saat pertama sampai, suami harus terlebih dulu melakukan Caka atau menyentuhkan ibu jari ke kening istri tiga kali. Esensi Caka adalah sebagai sentuhan awal pria-wanita secara sah untuk pertama kalinya.

            Setelah bersanding, kemudian diadakan acara Tawuri Ro Kamaco atau pemberian selamat, sumbangan, dan bingkisan pada kedua mempelai. Masyarakat Dompu mengenal pula upacara pembetulan letak bayi dalam kandungan ibu yang disebut Salama Loko. Sang ibu akan dibaringkan terlentang lalu, di bawahnya dibentangkan beberapa helai kain tradisional yang diisikan recehan. Setelah itu, lembar demi lembar kain yang menjadi alas ditarik keluar. Kemudian, uang logam yang tercecer dilempar ke arah pintu guna diperebutkan. Acara ini diiringi oleh zikir Asrafal Anam dan do’a-do’a dari para hadirin. Acara biasa dilaksanakan pada pukul sembilan atau sepuluh pagi. Acara ini menyuguhkan kudapan wajib bagi para ibu-ibu, yaitu Mangonco.

Setelah ibu melahirkan, masih ada lagi tradisi Cafi Sari yang merupakan acara bersih-bersih lantai dari bekas persalinan. Bagi bayi, ada ritual cukuran dan penyentuhan kaki pada tanah. Dalam upacara disediakan sedikit tanah kering di atas daun pisang muda dan rebung (Dumu Kakando). Ujung-ujung rambut bayi lalu diikatkan kepingan-kepingan emas murni atau perak yang berjumlah lima, tujuh, atau sembilan. Berikutnya ada Suna Ro Ndoso yaitu tradisi sunatan untuk anak yang telah berusia lima atau enam tahun. Anak-anak yang disunat akan dirias dengan sarung kuning.

            Masyarakat Dompu juga memiliki lumbung padi tradisional yang disebut Lengge-Jompa. Lengge merupakan bangunan panggung dua tingkat yang terbuat dari kayu beratap kerucut berbahan rumbia. Tingkat pertama berbentuk bale-bale yang berfungsi sebagai tempat bersantai. Sedangkan, tingkat paling atas adalah tempat penyimpanan padi. Lengge sama sekali tidak menggunakan paku—melainkan pasak kayu kecil segi empat—serta hanya mengandalkan presisi bagian per bagian. Empat tiang utamanya dialasi batu pipih dan antara tingkat ditulangi empat balok kayu melintang dengan papan pipih sebagai lantainya.
 
Lengge-Jompa
Bentuk bangunan seperti ini memberi manfaat tersendiri. Alas batu dan papan pipih yang menempel di balok tulang berfungsi menghambat tikus naik ke tingkat paling atas. Terbukti, padi yang disimpan di Lengge bisa tahan lama tanpa dimakan hama. Seiring zaman, rumbia kian sulit ditemui dan dirasa kurang kuat, Lengge akhirnya dimodifikasi jadi Jompa. Bentuk Jompa hampir sama dengan Lengge. Hanya saja atap yang digunakan adalah genteng atau seng. Lengge-Jompa dibangun terpisah dari rumah tinggal penduduk. Tujuanya mengantisipasi supaya jika rumah tinggal terbakar, lumbung padi tetap selamat, begitu pula sebaliknya. Tapi, di Dompu sendiri sekarang sudah jarang ditemui Lengge-Jompa. 

Masyarakat Dompu juga masih melestarikan tradisi menenun sarung Tembe Nggoli yang disebut Muna. Tenunan ini berbahan dasar Benang Kapas (Kafa Mpida) yang dipintal manual. Sementara, Tembe Nggoli sendiri memiliki beberapa motif indah seperti Nggusu Waru (bunga bersudut delapan), Weri (wajik), Wunta Cengke (bunga cengkeh), Kakando (rebung), dan Bunga Satako (bunga setangkai). Tradisi ini dapat anda temui di Desa Ranggo Kec. Pajo, Desa Persiapan Temba Lae Kec. Pajo, dan sekitarnya. Harga tenun berkisar antara Rp150.000-Rp1.000.000 tergantung bahan dan jenis pengerjaanya. Muna lazim dikerjakan gadis-gadis remaja untuk mengisi waktu luang.
 
Ilustrasi Muna
Perempuan Dompu juga memiliki pakaian tradisional bernama Rimpu. Pakaian ini dikenakan guna menutupi aurat. Rimpu terbuat dari sarung Tembe Nggoli. Rimpu sendiri terbagi jadi dua jenis: (a) Rimpu Colo yang dikenakan wanita yang telah menikah. Rimpu hanya menampilkan wajah, telapak tangan, dan kaki. (b) Rimpu Mpida yang dikenakan oleh gadis atau remaja. Rimpu hanya menunjukan mata, telapak tangan, dan kaki saja. Saat ini sudah jarang yang mengenakan Rimpu karena telah digantikan kerudung modern.
 
Perempuan Dompu mengenakan Rimpu
 
Lepadi di Dompu
Rakyat Dompu juga memiliki tradisi pacuan kuda yang dinamakan Lepadi. Pacuan ini diadakan tiap tahunya di 5 Km selatan kota Dompu. Uniknya, penunggang kuda yang berlomba adalah anak-anak kecil yang berumur tak’ lebih dari delapan tahun. Tapi, soal keahlian tidak usah ditanyakan lagi. Kuda memang merupakan satwa yang lazim ditemui di Dompu. Daerah ini bahkan dikenal pula sebagai penghasil susu kuda liar. Populasi kuda banyak ditemui di padang rumput sekitar kaki gunung Tambora.


Potensi Wisata Dompu

Pantai Lakey di Hu'u
1. Pantai Lakey :
Kecamatan Hu’u memiliki salah satu tempat berselancar terbaik dunia, yakni pantai Lakey. Tiap tahunnya pantai ini menggelar kompetisi selancar tingkat dunia. Pantai Lakey terletak sekitar 5 jam perjalanan dari kota Sumbawa Besar dan sekitar 1 jam 45 menit dari kota Dompu. Pantai Lakey-Hu’u memiliki 4 jenis ombak sekaligus, yaitu: Periscope, Lakey Peak, Lakey Pipe, dan Cobble Stones.

Pulau Satonda
2. Pulau Satonda:
Satonda yang dikenal juga sebagai Gunung Satonda (289 mdpl) terletak di utara Sumbawa, dengan luas daratan 4,8 Km2. Pulau ini memiliki danau air asin berdiameter 0,8 Km yang terletak tepat di tengah pulau. Ikan yang hidup di Danau Satonda hanya mampu mencapai ukuran 5 cm. Sampai saat ini masih misterius kenapa ikan di Danau Satonda tidak dapat berkembang dengan baik. Pulau Satonda dikelilingi karang yang dihuni beragam ikan hias. Pulau Satonda terletak tak jauh dari pantai Sopanda. Satonda dapat ditempuh sekitar 8 jam dari Sumbawa Besar dan 5 jam dari Dompu. Pulau Satonda juga terkenal dengan mitos menggantung batu permohonan di pohon. Konon jika harapan yang digantung bersama batu telah tercapai, si empunya harus kembali untuk melepas batu tersebut.
 
Tambora dari kejauhan
3. Gunung Tambora:
Tambora pernah menjadi pusat letusan terdahsyat dalam sejarah. Gunung Tambora (2.851 mdpl) yang kecokelatan dan diselimuti lebatnya hutan lindung mendominasi topografi semenanjung utara Sumbawa. Perjalanan menuju Tambora memakan waktu 5 Jam naik bus dari Dompu. Rute pendakian Tambora dapat dimulai dari Desa Pancasila yang berada di kaki gunung. Pendakian Tambora biasa ditempuh selama 3 hari 2 malam lewat hutan lindung. Tambora memiliki kawah berpanorama amat spektakuler.

Nanga Tumpu
4. Nanga Tumpu
Nanga Tumpu terletak di rute Jalan Raya Sumbawa-Dompu yang berada 30 Km dari kota Dompu dengan waktu tempuh 25 menit. Kawasan ini dihiasi berbagai gugusan pulau kecil, seperti: Nisa Pu’du, Nisa Rate, Nisa Maja, dan Nisa Ko’do. Kawasan Nanga Tumpu dan sekitarnya sangat cocok untuk kegiatan berenang, memancing, dan menyelam. Sekitar bulan Januari, Februari, Maret, Juli, dan Agustus sangat ideal untuk kegiatan olah raga Wind Surfing, Kite Surfing, dan Lomba perahu layar tradisional.

Ilustrasi Nanga Doro
5. Nanga Doro
Nanga Doro adalah resort pegunungan tradisional di dekat Hu’u yang terkenal dengan sumber mata air panasnya—suhu air di sini mencapai 800 C. Tempat ini merupakan tempat yang
pas untuk beristirahat dan melemaskan otot setelah sehari penuh berselancar.

 
Ilustrasi Situs Nangasia
6. Situs Nangasia
Dompu juga memiliki situs purbakala yang diperkirakan sudah ada sejak 4.500 SM. Situs ini berisi berbagai peninggalan masa lampau berupa manik-manik dan keramik. Nangasia kemungkinan dulunya adalah pusat kegiatan leluhur masyarakat Dompu. Sebab, di sini ditemukan Wadu Kadera yaitu batu berbentuk kursi yang menjadi tempat penobatan para Ncuhi, bekas telapak kaki Ncuhi, dan kubur duduk. Nangasia terletak di kawasan wisata Lakey.

Kolam Pemandian Madaprama
7. Madaprama
Madaprama adalah
kawasan hutan lindung yang menjadi rumah bagi para marga satwa dan flora. Terletak sekitar 4 Km dari kota Dompu, Madaprama juga dilengkapi kolam renang dengan panorama indah.
 
Pantai Ria
8. Pantai Ria
Pantai ini berada di
Desa Riwo Kec. Woja, sebelah barat Teluk Cempi. Pantai Ria yang alami dengan pasir putihnya yang lembut merupakan salah satu wilayah terpencil di Sumbawa Tengah. Pantai Ria banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal dari daerah Dompu dan Sekitarnya.



Penginapan

RINJANI – Hotel & Restaurant
Jl
n. Jend. Sudirman, Dompu.
Kontak : (0373) 21445

ADHIYAKSA – Hotel & Restaurant
Jln. Mahoni No. 24 Doro Tangga, Dompu.
Kontak : (0373) 21708

SAMADA – Wisma
Jln. Gajah Mada No. 18 Bada, Dompu.
Kontak : (0373) 21417

RUKA WANGA – Wisma
Jln. Syekh Muhammad No. 1 Lingk. Sawete Bali I, Dompu.
Kontak : (0373) 21643, (0373) 21201, 081917600076

KOTA BARU – Wisma
Jln. Sonokling No. 8 Kota Baru Bada, Dompu.
Kontak : 081918044855

SAHAB – Hotel & Mini Restaurant
Jln. Soekarno-Hatta, Dompu.
Kontak : (0373) 21577

PRAJA – Wisma
Jln. Soekarno-Hatta No. 26 Kota Baru Bada, Dompu.
Kontak : 081353489382


Akomodasi

Dari Denpasar ke Dompu
1.     Naik bus ke Dompu Rp300.000 (2.5 hari).
2.     Naik pesawat ke Bima Rp800.000, dari Bima naik bus ke Dompu Rp10.000

Dari Jakarta ke Dompu
1.     Naik bus ke Dompu Rp550.000 (3.5 hari).
2.     Naik pesawat ke Bima 1.4 juta, dari Bima naik bus ke Dompu Rp10.000


Testimoni Turis
            Semenarik apa sebenarnya Dompu? Mari kita simak beberapa komentar turis yang pernah berkunjung ke sana!

Pengelana Angan:
“Pantai Lakey atau Lakey Beach yang terletak di Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat, adalah salah satu lokasi berselancar terbaik yang diakui oleh dunia ... Pantai Ria adalah tempat yang tepat untuk melarikan diri dari rutinitas keseharian yang melelahkan dan bersantai ria dengan keluarga. Karena ketenanganya, Pantai Ria digemari khususnya oleh para pemancing. Daerah favorit untuk memancing adalah tebing ‘Doro Belanda’ ... Selain situs purbakala, di kawasan wisata Lakey juga terdapat obyek wisata Air Panas Lamea, Goa Jepang, dan Kampung Purna sebagai kampung tertua penduduk asli Dompu. Sayang, jalan menuju ke kampung yang kosong dan tak’ ditempati itu juga sulit dijangkau, sebab rutenya berkelok-kelok dan berupa batu-batu lepas ... Hanya sayang, kepedulian pemerintah dirasakan masih kurang. Wisata di pulau Sumbawa pada umumnya masih kalah bersaing dengan pulau Lombok dan pulau Bali ... Yang perlu mendapat perhatian khususnya di Pantai Lakey adalah perbaikan infrastruktur, sebab jalan menuju pantai masih rusak parah, kebersihan lingkungan juga kurang memadai, serta pasokan air bersih masih tersendat. Selain itu sarana transportasi juga perlu lebih diintregasikan untuk memudahkan pengunjung mencapai Pantai Lakey. Akomodasi termasuk penginapan juga harus memerhatikan unsur keamanan dan kenyamanan.”

Catatan si Kudaliar:
Yang paling menarik dari danau ini (Satonda) adalah pohon yang terdapat di tepinya. Pohon berbuah batu. Pohon Kalibuda, si pohon harapan. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana tradisi menggantung batu di pohon tepian danau bermula.”

Abdul Azis, Kampung Media Sanggicu Dompu:
“walau di pantai Ria tidak seperti pantai Lakey yang banyak dikunjungi para wisatawan Asing, namun di sana tidak kalah indahnya ...”

Pengunjung asal Bima, Kampung Media Sanggicu Dompu:
“Pantai Ria lebih indah daripada pantai manapun, hanya saja belum terawat begitu maksimal, dan jika saja terawat mungkin lebih daripada ini pemandangannya.”

Pecinta Alam [Dot] Net:
“Tambora adalah salah satu gunung yang cukup terkenal di kalangan para pendaki baik dari Indonesia maupun manca negara ... Sepanjang perjalanan (menuju Tambora) akan terlihat peternakan dan padang rumput yang sangat luas dengan kerbau yang hidup secara liar. Kerbau tersebut hidup dan berkembang biak secara alami tanpa perawatan khusus dari pemilik lahan ... Industri lain yang berkembang di sana adalah industri kayu dan rotan. Juga banyak terdapat perkebunan Kopi, Cokelat, dan Jambu Mete ... semakin menanjak, penuh pasir dan batu. Mendekati bibir kawah kita akan menemui dataran yang sangat luas mirip padang pasir dengan butiran pasir yang halus yang sangat menyiksa mata bila tidak kita lindungi ... Selama perjalanan dari bibir kawah ke puncak banyak ditemui bunga Edelweis ... Dari puncak kita bisa menyaksikan keindahan kawah Tambora yang membentang luas. Sungguh merupakan pemandangan alam yang tidak ternilai harganya.”

        Semoga, tulisan ini bisa menggambarkan pada anda keelokan alam kabupaten Dompu. Akhir kata, saya mohon maaf apabila ada salah penulisan/informasi baik yang disengaja ataupun tidak.