Minggu, 20 Juli 2014

[7 Wonders] Kisah Petualangan Terios di Surga Kopi Lampung-Sumatera Selatan



Ilustrasi petani kopi di zaman kolonial Belanda
Tanaman kopi pertama kali didatangkan ke Indonesia oleh Belanda pada 1696 dari jenis arabika. Kopi ini masuk melalui Malabar, India ke Batavia yang dibawa oleh Komandan Belanda Adrian Van Ommen, yang kemudian ditanam dan dikembangkan di tempat yang sekarang bernama Pondok Kopi, Jakarta Timur. Sayangnya tanaman ini kemudian mati semua karena banjir maka, pada 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru yang nantinya dibudidayakan di sekitar Jakarta dan Jawa Barat yang akhirnya menyebar ke berbagai daerah di Nusantara seperti Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor. Kopi di Sumatera pertama kali ditanam Belanda di Mandailing dan Sidikalang yang kini telah menyebar hingga jauh ke selatan tepatnya di sekitar Lampung-Sumatera Selatan. Kopi terkenal Sumatera antara lain berasal dari Lintong, Mandailing, Gayo, dan Lampung.

Pengelepasan rombongan Terios 7 Wonders
Sumatera Coffee Paradise
Karena itulah Daihatsu pada 2012 mengirimkan ekspedisi Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise guna menelusuri dan mendokumentasi kenikmatan kopi dari berbagai daerah di Sumatera. Penjelajahan Terios 7 Wonders di Bumi Andalas dipimpin oleh Tunggul Birawa dengan sepuluh awak diantaranya: Insuhendang, Bimo S. Soeryadi, Ismail Ashland, Aseri, Toni, Arizona Sudiro, Endi Supriatna, Enuh Witarsa, David Setyawan, dan Rokky Irvayandi. Rombongan berangkat Rabu 10 Oktober 2012 pukul 10:00 dengan tiga mobil Terios Hi-Grade (dua TX bertransmisi automatis dan satu TX manual) dari Vehicle Logistic Center Jakarta yang resmi dilepas oleh manajemen PT. Astra Daihatsu Motor. Misi Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise selain untuk mencicip kopi-kopi Sumatera juga sebagai ajang unjuk performa Terios menempuh ribuan kilometer medan jalan raya Bumi Andalas.

Persiapan petualangan Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise berlangsung selama dua hari di bengkel resmi Daihatsu. Setelah mobil dianggap prima, pemuatan perbekalan pun dilakukan. Saking banyaknya, pada dua mobil perbekalan sampai tidak cukup ditaruh di baris ketiga tempat-duduk-yang-dikosongkan sehingga, peti atap (roof box) dan tas atap (roof bag) terpaksa dipasang. Maklum karena anggota rombongan Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise adalah para wartawan media cetak, elektronik, dan online. Perbekalan ditata serapih dan seefektif mungkin dengan tanpa mengesampingkan aspek keselamatan. Selain hal-hal barusan, persiapan pula meliputi pemantauan kondisi aktual rute yang nantinya ditempuh.

Anggota tim Terios 7 Wonders
Sumatera Coffee Paradise
Perjalanan tim Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise sebenarnya baru dimulai ketika mereka mencapai Bakauheni, gerbang Sumatera. Menjelang subuh rombongan berkonvoi menuju Bandar Lampung. Regu Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise kemudian sampai dengan selamat di Bandar Lampung setelah berjam-jam berlomba melawan truk-truk lintas di jalan Lampung yang tidak sebagus Jawa. Ekspedisi berlanjut dan pada sore hari tim mulai memasuki Liwa. Atribut serta warung kopi bertebaran di penujuru kota ini. Perkebunan kopi rakyat pun turut menghiasi panorama jalan sepanjang Liwa-Danau Ranau. Setelah menempuh perjalanan yang amat panjang dari Jakarta, regu akhirnya memutuskan rehat sejenak di pinggir Danau Ranau sebelum nanti berinteraksi dengan para petani kopi.

Rute ekspedisi Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise

Rute dari Bakauheni ke Liwa tidaklah mulus, lega, dan rata. Ada banyak tikungan, tanjakan, jalan berlubang, bergelombang, dan penyempitan. Hebatnya, Terios dengan mesin 3SZ-DOHC VVT-I-nya nyaris tidak pernah kehabisan nafas melahap trek yang tersaji sepanjang Bakauheni-Liwa. Ketangguhan Terios di medan Sumatera juga tidak terlepas dari dapur pacu empat silinder 1495 cc yang mampu menghasilkan tenaga maksimal 109 PS/6000 rpm. Akselerasi awal Terios dari 0-100 Km/jam ditempuh dalam ± 12 detik. Karakteristik ini membuat Terios cocok dinobatkan sebagai tunggangan para petualang. Lantaran kabin yang luas dan ergonomis berpadu dengan daya mesin yang mumpuni.

Spesifikasi Terios
(Buka di tab baru (open in new tab) untuk memperjelas)

Liwa
Setelah memulihkan tenaga, tim kemudian bergeser ke suatu sentra pengolahan kopi milik Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Utama di Sipatuhu. Koperasi ini konsisten mengembangkan bisnis mereka terutama lewat inovasi kopi aroma ginseng dan pinang. Aroma tambahan ini konon berkhasiat baik bagi kesehatan. Kopi di KUD Karya Utama disangrai dalam oven bersuhu 190 0C hingga mencapai tingkat kematangan yang diinginkan. Pencampuran dengan ginseng atau pinang dilakukan juga pada proses sangrai oven. Rasa kopi ginseng dan pinang produk KUD Karya Utama ini begitu nikmat. Selesai mencicip kopi ginseng dan pinang, sekarang rombongan bakal mencoba kopi luwak.

Luwak dan fesesnya
Sentra kopi di sekitar Danau Ranau memang mengkhususkan produknya untuk kopi luwak. Tim cukup beruntung dapat menengok proses terjadinya kopi luwak. Mereka melihat langsung luwak-luwak liar yang ditangkarkan para petani. Patut diketahui bahwa kopi bukanlah panganan utama luwak. Kopi bagi luwak lebih seperti makanan selingan atau cemilan. Kopi luwak begitu mantap lantaran buah kopi yang dimakan adalah yang kualitasnya terbaik. Jika luwak sudah mengudap buah kopi yang disediakan, tinggal tunggu setidaknya enam jam sebelum ia mengeluarkannya kembali dalam bentuk gumpalan-gumpalan biji kopi. Selama proses pencernaan, biji kopi mengalami fermentasi alami dalam perut luwak yang kemudian diekskresikan melalui feses. Walau judulnya feses tapi MUI sudah menyatakan kopi luwak halal konsumsi.

(Buka di tab baru (open in new tab) untuk memperjelas)

Gumpalan-gumpalan biji kopi dari feses luwak selanjutnya dibersihkan dan dikeringkan guna pengolahan selanjutnya. Kopi luwak Liwa biasa dipasok ke beberapa hotel di Jakarta dan harganya bisa sampai 1,9 juta/Kg. Namun dibalik keistimewaan kopi luwak terselip sejarah getir yang menyertainya. Menurut riwayat, kopi luwak hadir sebagai respons terhadap cultuurstelsel (tanam paksa) Belanda di awal abad delapan belas. Petani kala itu cuma boleh menanam dan memelihara saja, sedangkan pemanenan kopi serta pengolahan diserahkan ke Belanda. Para petani yang tidak bisa menikmati jerih payahnya kemudian menyadari adanya sejenis musang yang gemar memakan buah kopi dan meninggalkan feses berupa gumpalan biji kopi di areal perkebunan. Biji-biji itu diambil kemudian dibersihkan, disangrai, ditumbuk, dan diseduh seperti kopi umumnya. Kebiasaan petani mengonsumsi kopi luwak ini akhirnya diketahui Belanda. Setelah Meneer-Meneer Belanda ikut mencoba ternyata mereka juga suka. Kopi hasil pencernaan luwak kualitasnya setara dengan fermentasi di gudang khusus selama lima hingga delapan tahun. Kopi luwak diketahui rendah kafein, tidak terlalu pahit, dan cita rasanya bertahan lama di mulut.

Lahat
Rombongan Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise
disambut Bupati Lahat
Penjelajahan berlanjut kembali, sekarang tim akan mengarah surga kopi lain masih di sekitar Bukit Barisan. Ekspedisi Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise bergerak ke barat laut tepatnya menuju Lahat. Regu tadinya masih agak cemas dengan keadaan di sana, dikarenakan citra Lahat yang kurang aman. Namun, perasaan itu lenyap seketika memasuki kota Lahat sekitar jam delapan malam. Sesampainya, rombongan  disambut langsung oleh Bupati Lahat H. Saifudin Aswari Riva’i dan staf. Tim malam itu mengobrol di salah satu sudut jalan dekat pasar lama Lahat. Bahkan beberapa masyarakat pun ikut kumpul di sana. Kopi lagi-lagi menjadi teman akrab kala berbincang. Pak Bupati Aswari yang juga seorang offroader menuturkan, “Lahat sudah berubah. Citra buruk mulai ditanggalkan dan masyarakat mulai terbuka dengan tamu dari luar. Kami sejalan dengan tim Terios 7 Wonders untuk mengangkat kembali kopi Lahat yang sempat kondang.”, sebagai jawaban kekhawatiran rombongan terkait citra Bumi Seganti Setungguan.

Esok harinya, tim Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise berkesempatan mengunjungi usaha rumahan pengolahan kopi milik Zahari Cikman yang beroperasi sejak 1980. Biji kopi produk Zahari Cikman diolah secara sederhana tapi tetap dengan tidak menghilangkan aroma khas kopi Lahat. Api proses sangrai berasal dari pembakaran batok kelapa. Proses penggilingan dilakukan dua kali guna menghasilkan kopi yang siap saji. Pemasaran kopi produk Zahari Cikman sudah sampai ke luar Lahat, seperti Palembang dan Lampung. Zahari Cikman mampu mengolah hingga 100 kg kopi per hari. Sebagian keluarga Zahari Cikman dan tetangganya rutin membantu proses pemilahan serta pengemasan kopi.

Kopi merupakan salah satu unggulan sektor perkebunan Kabupaten Lahat. Tanaman yang dapat dijumpai hampir di seluruh kecamatan ini berperan sangat besar dalam menopang kegiatan ekonomi Lahat. Luas areal tanaman kopi di Lahat mencapai 114.317 Ha dengan total produksi lebih dari 57.329 ton per tahun. Luas lahan maupun produksi kopi Lahat merupakan yang terbesar di Sumatera Selatan. Kualitas kopi bisa ditentukan lewat tingkat kandungan air bijinya. Umumnya, kadar air biji kopi dari petani berkisar antara 15%-17%. Petani butuh pengeringan empat hingga enam hari untuk mendapat kisaran ini. Petani kopi Lahat biasa menjual hasil tanamannya ke pengumpul atau pasar mingguan. Upaya Bupati H. Saifudin Aswari Riva’i mengangkat kembali pamor kopi Lahat memang harus didukung segenap pihak. Sebab dengan begitu kesejahteraan petani kopi Lahat bakal meningkat yang pada ujungnya niscaya memberi kebanggaan bagi masyarakat Kabupaten Lahat pada umumnya.

Kota Pagar Alam
Menjelang siang, rombongan kembali bergerak menuju Pagar Alam yang jaraknya hanya 48 Km dari Lahat. Kota Pagar Alam terbentuk pada 2001—dulunya daerah ini merupakan suatu kota administratif di Kabupaten Lahat. Perjalanan ke sana melalui trek yang menantang: Berkelok, berbukit, dan berbatu. Untungnya Terios dengan suspensi depan MacPherson strut with coil spring and stabilizer dan suspensi belakang 5 link, rigid axle with coil spring sanggup meredam hentakan selama perjalanan sehingga penumpang di kabin tetap nyaman. Begitu sampai di Pagar Alam rombongan mampir di warung makan 88. Tidak lupa tim juga memesan kopi sebagai pendamping santap. Kopi Pagar Alam aromanya khas dan lembut saat diminum. Pagar Alam merupakan daerah nan sejuk dan hijau yang terletak di sekitar Gunung Dempo.

Ilustrasi petani kopi Pagar Alam dan tim Terios 7 Wonders
Sumatera Coffee Paradise
Regu Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise penasaran dengan perkebunan kopi di Pagar Alam. Kala itu belum waktu panen jadi bukan momen yang cukup tepat untuk berkunjung. Walau demikian, petani kopi tetap melakukan beragam kegiatan di kebun mereka, meski tidak tiap hari, seperti menjaga kondisi pohon dan memetik beberapa buah kopi yang ranum. Kalau musim panen petani bisa memetik sampai lima keranjang kopi per orang. Setelah dipetik biji kopi kemudian dipisahkan dari daging buahnya. Sehari petani di sini bisa mengolah 100 kg buah kopi dan cuma menghasilkan 60 kg biji kopi. Ampas sisa pengolahan kopi biasa dimanfaatkan petani sebagai pupuk organik.

Puas melihat pemisahan biji kopi dari daging buahnya, Tim ekspedisi Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise diundang oleh Alpian—pengolah kopi setempat—untuk makan siang di rumah tepi sungainya. Jalan menuju ke sana tidak mudah. Ada lintasan tidak rata dan tergenang air sungai. Namun rombongan tidak terhenti karena keadaan ini sebab, Terios mempunyai ground clearence yang tinggi. Wajarlah jika sport utility vehicle (SUV) ini jadi salah satu yang terlaris di Indonesia. Regu Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise senang bersantap siang di sana karena, jamuan dihibur oleh suara alam dan gemercik sungai. Tidak lupa kopi Pagar Alam pun disuguhkan sebagai penyempurna makan siang.

Ratu Juliana dari Belanda (1909-2004)
Petani kopi Pagar Alam turun-temurun menjual biji kopi mereka mentah-mentah. Dikarenakan di Pagar Alam belum tersedia pabrik pemrosesan kopi. Biji kopi Pagar Alam kebanyakan berjenis robusta dan sering dijual ke daerah terdekat seperti Lampung. Tidak heran kalau kopi Lampung jauh lebih terkenal daripada kopi Pagar Alam. Lantaran kopi Lampung adalah campuran dari berbagai kopi yang ada di Sumbagsel. Kopi Pagar Alam berkualitas baik sebab di sana kopi ditanam di lahan pegunungan yang sejuk, tanahnya subur, serta tanpa tambahan obat dan pupuk kimia. Bahkan konon, saking spesialnya kopi Pagar Alam, Ratu Juliana dari Belanda sempat memfavoritkannya. Ratu Juliana dikenal sebagai seorang pecinta kopi. Pagar Alam memiliki sebuah kebun kopi yang khusus menghasilkan produk unggul yang dahulu seluruh panennya dikirim ke dapur istana sang Ratu. Perkebunan termahsyur Pagar Alam itu terletak di sekitar Simpang Padang Karet.

Empat Lawang
Lambang Kabupaten Empat Lawang
pada sisi kanan terdapat gambar tanaman kopi
Selesai dengan pesona Pagar Alam, ekspedisi bergeser menuju satu lagi surga kopi di Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Empat Lawang. Daerah ini diresmikan sebagai Kabupaten pada 8 desember 2006. Sebelumnya Empat Lawang adalah bagian dari Kabupaten Lahat. Sektor primer perekonomian Bumi Saling Keruani Sangi Kerawati sebagian besar ditopang oleh pertanian (47,16%). Ini terlihat dari bentangan perkebunan rakyat di Empat Lawang sebesar 71.718,25 Ha atau 32% dari luas wilayah Kabupaten. Tanaman yang mayoritas dibudidayakan petani Empat Lawang ialah kopi dengan total luas perkebunan 61.978 Ha (2010). Tidak heran begitu favoritnya kopi bagi masyarakat Empat Lawang hingga mereka sepakat menjadikannya lambang Kabupaten. Pemda setempat juga ikut memperkuat kesan ini dengan menjadikan kopi sebagai motif batik Empat Lawang.

Kopi Empat Lawang cukup khas karena merupakan silangan antara robusta dan arabika. Masyarakat Empat Lawang menyebut kopi sebagai kawo yang diadaptasi dari bahasa Arab “Qahwah”. Pemda Empat Lawang sangat serius mengembangkan kopi sebagai aset ekonomi Kabupaten. Salah satunya dengan melabeli Kawo EMASS pada kopi produk Empat Lawang yang merupakan singkatan Ekonomi Masyarakat Aman Sehat dan Sejahtera. Selain itu, Pemda Empat Lawang juga melakukan banyak program lain untuk memajukan petani kopi diantaranya: Peningkatan mutu kebun agar produktivitas meningkat dan biji kopi yang dihasilkan memiliki cita rasa khas yang konsisten, mendirikan gedung khusus kopi, sambung pucuk, pengembangan kopi organik, petik masak, serta pengelolaan pasca panen lewat pengeringan di lantai permanen atau terpal. Ternyata masyarakat Empat Lawang juga bukan cuma gemar menangguk penghidupan dari biji kopi namun pula memanfaatkan kayunya untuk kerajinan. Bahan baku kerajinan diambil dari batang kopi yang sudah tidak produktif lagi. Karya masyarakat Empat Lawang ini sudah sering diikutkan pameran hanya saja masih sulit bagi mereka memenuhi pesanan berdimensi besar dikarenakan kendala pengemasan dan pengiriman.

Peta sebaran potensi kopi di Lampung-Sumatera Selatan
(Klik untuk memperbesar)

Rombongan Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise akhirnya merampungkan ekspedisi di wilayah Lampung-Sumatera Selatan. Kawasan ini spesial karena terdapat empat dari tujuh destinasi Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise. Dilaluinya beragam trek sepanjang Bakauheni-Empat Lawang turut membuktikan Terios bukan hanya tangguh namun pula aman. Fakta ini ditunjang oleh beberapa kelebihan Terios seperti dual SRS airbag yang sesuai standar keamanan ASEAN NCAP, teknologi anti-lock braking system (ABS) guna mencegah penguncian cakram saat pengereman mendadak, serta desain ukuran ban yang lebih lebar dari varian sebelumnya untuk meningkatkan kestabilan berkendara. Terios yang aman juga masih dilengkapi lagi dengan tipe kemudi rack and pinion with electric power steering yang memudahkan supir mengendalikan mobil. Tidak hanya supir yang kenyamanannya diperhatikan Terios tapi juga penumpang yang dibawanya. Ini terbukti dari tersedianya sistem pendingin udara double blower dan kemampuan kursi baris kedua yang bisa dimundur-majukan terpisah. 

Beberapa kelebihan Terios (Buka di tab baru (open in new tab) untuk memperjelas)


Macam-macam warna Terios

------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Bukti tweet

Bukti follow Twitter

Bukti like Facebook

Selasa, 28 Januari 2014

[KulinerDaihatsu] Berburu Kuliner Palembang di Bandar Lampung


            Sejarah mencatat bahwa sebelum 1964, daerah Lampung masih bergabung dengan Sumatera Selatan. ibu kota Lampung berjarak ±374 Km dari Palembang, kedua kota dihubungkan oleh jalan raya dan jalur kereta api. Melihat itu, tidak heran jika pertautan kedua wilayah ini begitu erat, termasuk soal budayanya. Bukti nyata lain terlihat dari keseharian sebagian penduduk Lampung yang bertutur bahasa Palembang. Masyarakat Palembang di Lampung membawa serta beberapa produk kebudayaannya seperti kuliner dan songket. Jika lama tinggal di Lampung, anda pula akan menemui bahwa tekwan dan pempek jadi sajian wajib di tiap hajatan.

            Kota saya juga memiliki banyak kedai makanan khas wong kito yang menyediakan aneka pempek, tekwan, kemplang, pepesan, dan pindang. Dijamin kalian tidak bakal repot bila ingin mencicipi selera Palembang atau sekedar mencari buah tangan. Ini adalah rekomendasi beberapa tempat yang bisa anda kunjungi:


Pempek Tenda Biru
Pempek Tenda Biru Cab. Kyai Maja
            Warung pempek yang pertama saya kunjungi ini berada di Jln. Kyai Maja no. 40, Way Halim. Tenda Biru bermula dari sebuah warung pempek kecil di halaman samping rumah di Jln. Urip Sumoharjo dekat rel pada sekitar 2006. Dinamai Tenda biru karena dulunya warung ini dinaungi terpal biru. Tenda Biru sampai sekarang sudah memiliki tiga cabang, di antaranya terletak (1) di Jln. Z.A. Pagar Alam no. 57; (2) Jln. Kyai Maja no. 40; (3) Jln. Tamin no. 51. Cabang Tenda Biru di Kyai Maja terbilang bagus karena tempatnya teduh serta parkirnya pun luas. Tenda Biru biasanya ramai saat liburan atau kira-kira di atas pukul 16:00 di hari biasa. Sesekali, bus rombongan dari luar kota seperti Bandung mampir ke sini untuk makan. Menu Tenda Biru relatif lengkap, anda bisa mengeceknya di website resmi sebelum ke sana. Tenda Biru sering menerima pesanan pempek untuk hajatan. Tenda Biru juga melayani pesanan pempek hingga Jakarta, Bandung, dan Bogor. Cabang Tenda Biru di Kyai Maja ini hanya sebagai kedai penjualan sedangkan, lokasi produksi ada di tempat lain.

           

Saat di sana saya memesan model, pempek telur, kulit, adaan, es kacang merah, dan srikaya. Berikut, sedikit ulasannya:


Cuka
Cuka Tenda Biru
Cuka adalah kuah yang terbuat dari campuran air, gula merah, gerusan ebi, bawang putih, cabai, dan asam jawa. Cuka Tenda Biru agak pekat, berwarna gelap, sedap, cukup pedas, dan punya rasa kuat. Cuka Tenda Biru bisa tahan dua hari di luar kulkas. Cuka adalah pembeda produk Tenda Biru dengan kompetitornya. Cuka Tenda Biru disediakan di meja dalam sejenis botol minum polimer.

Pempek Kecil
Pempek Kecil Pempek Tenda Biru
Pempek telur, kulit, pistel, keriting, lenjer, dan adaan adalah tipe pempek kecil. Tekstur pempek Tenda Biru lembut dan empuk dengan komposisi rasa yang seimbang. Pempek Tenda Biru digoreng dalam waktu yang cukup sehingga tidak terlalu kering dan garing. Warna pempek Tenda Biru yang menggoda bakal makin cantik setelah diguyur cuka. Pempek Tenda Biru memakai campuran beberapa ikan sebagai bahan baku. Ketika dimakan bersama, rasa pempek Tenda Biru cenderung didominasi kesedapan cukanya.

Model
Model Pempek Tenda Biru
Model adalah pempek dalam ukuran lebih besar yang dinikmati bersama kuah, bukan cuka. Model diolah dengan cara direbus lalu digoreng yang kemudian diiris sedikit supaya agak merekah dan disajikan dalam kuah kaldu hangat. Model biasanya berisi tahu atau telur. Model Tenda Biru ketika dihidangkan dibubuhi gilingan ebi di atasnya. Tekstur model Tenda Biru sangat empuk dan sedikit kenyal. Porsi model di sini juga relatif dapat mengganjal perut. Kuah model Tenda Biru berisi soun, sedikit daun bawang, dan cacahan timun. Kuah ini rasanya asin-asin sedap dan amat menonjol bahkan ketika dimakan bersama model.

Es Kacang Merah
Es Kacang Merah Pempek Tenda Biru
Sebagai penghilang dahaga saya memilih es kacang merah khas Palembang. Kudapan ini terbuat dari campuran santan, gula pasir, kacang merah yang sudah direbus, gula jawa, dan serutan es plus sedikit susu kental manis ketika penyajiannya. Rasanya segar, manis, dan enak—terutama kacang merahnya yang empuk serta saat dikunyah mengeluarkan sari gula. Es kacang merah di Tenda Biru dihidangkan dalam mangkok. Es kacang merah ini mampu mendinginkan tenggorokan dari hangatnya kuah model serta menetralisir pedas setelah melahap pempek.

Srikaya
Srikaya Pempek Tenda Biru
Cemilan hijau ini baik dijadikan santapan penutup. Terbuat dari campuran telur, santan, pandan, dan gula—cocok dinikmati bersama ketan. Disajikan dalam cangkir kecil lengkap dengan sebuah sendok plastik mungil. Srikaya Tenda Biru rasanya legit dan kentara telurnya. Tekstur srikaya Tenda Biru seperti agar-agar. Ketika dimakan bersama ketan, rasa panganan ini jadi unik. Kita tidak akan lagi fokus ke manisnya srikaya namun, mulai sedikit mengecap gurihnya ketan. Saya baru pertama kali mencicip kue basah ini dan langsung suka.


            Kesimpulan saya pempek Tenda Biru, baik yang disajikan dengan kuah kaldu maupun cuka, lumayan enak, agak kenyal, dan empuk. Harga yang dipatok pun cukup terjangkau. Jika mencicip beberapa kudapan di sini berturut-turut (seperti srikaya, es kacang merah, dan pempek) anda akan tahu bahwa perpaduan rasa legit, asin, pedas, asam, dan gurih mereka harmonis. Ini menandakan hidangan-hidangan di Tenda Biru dibuat dalam satu selera yang sama. Kalian bisa datang ke sini sekali-kali jika ingin mencoba.


Pempek 88
Pempek 88
            Jalan-jalan saya lanjutkan dengan mengunjungi tempat kedua yaitu kedai Pempek 88 yang terletak di Jln. Salim Batubara, Kupang Teba, Teluk Betung Utara. Sepanjang Salim Batubara anda akan menemui banyak warung pempek yang uniknya hampir semua dinamai dengan nomor. Saya tertarik mampir ke Pempek 88 karena pempek di sini terbuat dari ikan Belida. Konon Belida adalah ikan yang paling ideal untuk dibuat pempek. Saya di sini juga tertarik mencoba pempek panggangnya. Karena sebelumnya, saya tidak pernah makan pempek panggang berbahan ikan kelas wahid seperti di Pempek 88.

            Warung Pempek 88 memiliki fasilitas parkir yang memadai. Ketika memasuki halaman anda bakal melihat deretan meja dengan kursi-kursi plastik di dalam; tempat memanggang pempek di pelataran kiri. Pada tembok dekat kasir anda dapat pula melihat papan biru besar yang menghadap ke luar bertuliskan “ASLI BELIDA”. Setelah memesan anda bakal disuguhi teh tawar hangat yang diantar langsung ke meja. Pempek 88 tiap minggunya senantiasa mendapat pesanan untuk acara hajatan. Semua pempek di sini laris kecuali pempek pistel. Pempek 88 juga biasa melayani pesanan dari Jakarta.                                                                                                                                        
           

Sewaktu di sana saya memesan lenggang goreng, kapal selam, dan pempek panggang. Berikut, sedikit ulasannya:


Cuka
Cuka Pempek 88
Cuka Pempek 88 cenderung lebih encer, warnanya cokelat tua, saat ditenggak rasanya pedas menyengat, sedikit manis, sedap, dan kurang terasa asamnya. Jika diperhatikan anda bakal melihat cukup banyak serpihan cabai di dalamnya. Cuka di Pempek 88 diwadahi dalam botol beling berwarna gelap.


Pempek Panggang
Pempek Panggang Pempek 88
Pempek panggang disajikan bersama sambalnya yang berwarna cokelat gelap yang terbuat dari campuran cabai, kecap, dan ebi. Pertama kali mencicipi pempek panggang Belida Pempek 88 saya bingung. Sebab pada umumnya pempek panggang itu agak keras kulitnya dan kenyal di dalam. Sedangkan pempek panggang di sini teksturnya dari kulit sampai ke dalam lunak mirip kue moci. Tapi, ternyata inilah ciri unggulnya. Jika pempek panggang biasa setelah beberapa jam teksturnya mengeras, tidak begitu dengan pempek panggang di sini. Rasa dan teksturnya tetap sama seperti saat baru disajikan. Pempek panggang Pempek 88 juga memiliki rasa yang sangat kuat bahkan mampu mengalahkan sambalnya sendiri. Menurut saya inilah pengalaman baru dalam makan pempek.          

Pempek Lenggang Goreng
Lenggang Goreng Pempek 88
Lenggang goreng adalah kumpulan potongan kecil pempek yang  kemudian digoreng bersama telur sebagai perekatnya. Ini adalah favorit saya karena, di sini pempek bertemu dengan telur dadar. Rasa khas telur yang menyelimuti potongan pempek membuat kudapan ini menyenangkan untuk dikunyah. Lenggang goreng dihidangkan bersama soun, cacahan timun, taburan ebi giling, dan cuka. Lenggang goreng Pempek 88 memiliki rasa yang sedikit kenyal, khas, empuk, dan enak. Ketika dimakan bersama lenggang goreng, anehnya rasa agak asam dan manis cuka justru makin kentara. Berbeda dengan sewaktu cuka ditenggak sendirian yang rasanya lebih dominan pedas.

Pempek Kapal Selam
Pempek Kapal Selam Pempek 88
Pempek kapal selam adalah pempek isi telur dalam ukuran yang lebih besar. Kapal selam Pempek 88 disajikan dalam porsi yang pas. Ukurannya sekitar sekepal tangan orang dewasa. Kapal selam di sini sudah diiris merekah dan disajikan bersama taburan gilingan ebi, soun, dan cacahan timun. Patut diperhatikan bahwa ebi giling di sini teksturnya dibuat sehalus bubuk. Saat berusaha membelah-belah anda juga akan mendapati tekstur yang sedikit kenyal, empuk, dan matang merata. Pempek kapal selam Pempek 88 ringan di mulut; sensasinya luar biasa ketika disantap bersama cuka bahkan, pedasnya pun kalah dan hanya tersisa manis saja. Niscaya otak cuma bakal berkonsentrasi pada nikmatnya pempek Belida ini.


            Kesimpulannya: ada harga ada rupa. Pempek 88 memang sedikit lebih mahal tapi jelas rasa beda jauh dengan pempek biasa. Pempek 88 tidak bersaing di level Tenggiri, mereka spesialis Belida. Pempek 88 sangat terasa ikannya; menurut saya mereka merepresentasikan citra pempek sesungguhnya. Anda wajib coba pempek di sini! Jangan lupa pula bawa sedikit untuk yang di rumah!




            Supaya makin gamblang, anda bisa lihat video saya tentang makanan kedua kedai tersebut di bawah. Maaf bila nantinya ada beberapa kesalahan di sana.

*Ubah ke layar penuh (full screen) untuk tampilan lebih jelas!


Pempek Jalanan

            Bandar Lampung memiliki sebaran penjaja pempek dari pinggiran jalan sampai ke yang keliling-keliling di perkampungan. Harga per biji mereka biasanya di bawah Rp1.000, rasanya lumayan. Sekolah juga kadang jadi tempat yang bagus jika anda hendak mencari pempek murah. Anda bisa menemukan beragam pempek dari mulai lenjer, pistel, sampai panggang. Walaupun pempek tidak jadi menu sarapan seperti di Palembang tapi, cemilan ini tetap amat lekat di hati warga Lampung.