Kamis, 29 November 2012

[EnjoyJakarta] Berkunjung ke Ragam Wisata Jakarta Dalam Sehari


            Sebagai orang yang setiap hari menonton TV, kita pasti sering menyaksikan berita tentang Jakarta—entah itu soal politik, hukum, sosial, ekonomi, dsbg. Jakarta selalu digambarkan sebagai kota serba ada, ramai, gemerlap, unik, dan lengkap dengan tempat eksotis. Namun dari sekian banyak kesan yang digambarkan, bisakah anda merangkumnya dalam sehari?

            Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengunjungi Paman yang tinggal di bilangan Kebon Melati. Saya memang sudah merencanakan perjalanan  ini untuk menjadi akhir pekan paling Jakarta yang pernah ada. Pagi-pagi sekitar jam 10:00 kami sudah pergi dari rumah mencari Kopaja ke arah Gatot Subroto. Rencananya kami ingin melihat-lihat museum Satria Mandala. Saya tertarik sekali ingin ke sini sebab beberapa kali melihat di TV tempat ini memiliki banyak koleksi senjata api, pesawat, meriam, roket, torpedo, diorama, dan tank-panser klasik.

            Satria Mandala dulunya adalah Wisma Yaso rumah Bu Dewi Soekarno—tempat disemayamkanya jenazah Presiden pertama RI sebelum dikebumikan di Blitar. Satria Mandala diresmikan pada 5 Oktober 1972 dengan luas 56.670 m2 yang terdiri dari beberapa bangunan dan taman hijau yang terawat. Tiket masuk ke sini Rp2.500 untuk dewasa/umum dan Rp1.500 untuk mahasiswa/pelajar/anak-anak. Buka hari selasa-minggu jam 09:00-14:30 dan tutup tiap senin/hari besar nasional. Halaman depan Satria Mandala dihiasi oleh roket, pesawat jet, air mancur, dua buah meriam, tank, dan radar. Tapi, anda akan sulit melihatnya dari luar karena terhalang penghijauan di bagian depan. Satu-satunya penanda yang cukup mencolok adalah tulisan di bangunan (pos jaga) mirip benteng yang ada di samping pintu masuk.

Tulisan di depan museum

(1) Roket SA-75 dan (2) radar NYSA B

            Begitu masuk anda akan disuguhi pemandangan yang kontras dengan Gatot Subroto yang sibuk, riuh, dan dijejali gedung tinggi. Halaman depan Satria Mandala ditumbuhi pepohonan rimbun dan taman berumput luas yang memberi kesan damai-menyejukan. Loket karcisnya terletak di bangunan utama yang berpintu kayu berukiran menarik dengan nuansa antik. Jika anda membawa kamera tinggal tambah uang Rp2.000, karcis lalu diberikan dan akan diminta oleh petugas penjaga pintu.

            Pertama masuk kita akan menjumpai ruang yang di kanan terdapat lima lambang angkatan bersenjata nasional, kiri ada panji-panji kebesaran TNI, dan di depanya ada teks proklamasi. Belok ke kiri ada deretan diorama patriotis yang mengisahkan perjuangan di awal-awal terbentuknya Republik Indonesia. Diorama tersebut mungkin ingin mewakili semangat pendirian museum ini yang bertujuan melestarikan nilai juang 45. Pada samping kanan tiap diorama terdapat kotak teks berisi kisah singkat dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Ruang Depan
Keterangan:
1. (kiri ke kanan) Lambang POLRI, TNI AU, ABRI, TNI AL, dan TNI AD
2. Teks Proklamasi

Klik untuk meperbesar
Keterangan:
1. Lorong diorama
2. Diorama peristiwa proklamasi
3. Diorama pembentukan BKR
4. Diorama badan-badan perjuangan bersenjata
5. Diorama angkatan muda polisi bergerak
6. Diorama pembentukan TKR
7. Diorama pertempuran Surabaya
            Lanjut ke ruang selanjutnya yang khusus didedikasikan untuk koleksi properti empat jendral besar Indonesia: Oerip Soemohardjo, Soedirman, A.H. Nasution, dan Soeharto. Beranjak ke ruang sebelah yang juga dipenuhi Diorama perang pasca kemerdekaan, rak berisi pangkat, brevet, lambang kodam seluruh Indonesia, manekin berseragam Kontingen Garuda (KONGA), TKR, badan-badan perjuangan senjata, dan foto-foto misi KONGA. Saya sangat tertarik pada beberapa brevet, yang mungkin keren jika disematkan pada baju atau topi. Di lantai yang sama juga terdapat ruang khusus yang menjelaskan sejarah keorganisasian serta peran TNI dalam sejarah nasional. Sayangnya beberapa lampu dalam ruangan ini mati sehingga menimbulkan kesan gelap dan menyeramkan.

Ruang sejarah keorganisasian TNI

Klik untuk memperbesar
Keterangan:
1. Lukisan Jend. Soedirman
2. Lukisan Jend. Oerip Soemohardjo
3. Patung Jend. A. H. Nasution
4. Patung Jend. Soeharto

Memorabilia Jend. Soeharto
Keterangan:
1. Foto Pak Harto bersama Bu Tien
2. Seragam kebesaran Pak Harto
3. Kartu pos edisi PELITA
Klik untuk memperbesar
Keterangan:
1. Upacara pengerekan bendera
2. Seragam TKR
3. Seragam KONGA
4. Seragam badan-badan perjuangan bersenjata

Foto-Foto Misi KONGA

(1) Pangkat TNI, (2) Lambang KODAM seindonesia, dan (3) Brevet



Keterangan:
1. Diorama pertempuran 5 hari Semarang
2. Diorama dapur umum saat perang kemerdekaan
3. Diorama petermpuran Ambarawa
4. Diorama proklamasi di Medan
5. Diorama Bandung lautan api
6. Diorama serangan laut Banyuwangi-Bali
7. Diorama peristiwa penurunan bendera Belanda di hotel Yamato Surabaya
8. Diorama perebutan pangkalan udara Bugis Malang
9. Diorama petempuran Bogor
10. Diorama pertempuran Cibadak
11. Diorama peristiwa 3 daerah (PKI)
12. Diorama pertempuran Krueng Panju (Aceh)
13. Diorama ekspedisi Maluku
14. Diorama pertempuran 5 hari di Palembang
15. Diorama tanda bahaya dalam perang kemerdekaan
            Turun ke bawah ada ruang ajaib yang berisi koleksi senjata api lama, torpedo, ranjau, dan kemudi kapal selam. Ini pastilah seksi favorit bagi pecinta Airsoft dan para penggila permainan First Person Shoot (FPS) seperti Call of Duty dan Medal of Honor. Di sini anda bisa menyaksikan langsung wujud asli Lee Enfield, Thompson, Sten, Arisaka, M1 Garand, penyembur api (flame thrower), AK 47, M16, Browning, Bren, Mitrailleur, FN, senapan anti udara (AA Gun), UZI, bazooka, dan masih banyak lagi. Sedikit berkarat namun tidak mengurangi kesan garang dan agresif senjata tersebut. Bila anda coba mengangkat beberapa senjata mesin yang di pajang di luar etalase. Anda akan menyadari betapa berat besi-besi ini jika harus dibawa ke mana-mana. Sudah sepatutnyalah kita menghargai para pejuang yang rela menyandang senjata dan mengorbankan jiwa raga demi tetap tegaknya NKRI.

(1) Bom samaran, (2) bom udara, ranjau darat, Sten, (3) biola, dan trompet.

Koleksi senjata dalam Etalase

Deretan senjata mesin
            Keluar dari ruang senjata rupanya masih ada lokasi menakjubkan lain yang berisi koleksi pesawat, helikopter, meriam artileri, mobil, dan gerbong panser. Lokasi ini begitu rindang dan cocok dijadikan tempat santai sebelum beranjak ke bagian lain museum. Inilah salah satu lokasi favorit untuk foto-foto. Anda bisa coba foto di dekat pembom legendaris B 25 Mitchel, Cureng, Gannet, atau Douglas C-47. Selain Foto, anda pula dapat membaca sejarah singkat tiap armada. Di lingkungan ini pula terdapat ambulans, sedan hitam, dan gerbong panser yang berkaitan dengan sejarah penumpasan DI/TII.

Klik untuk memperbesar
Keterangan:
1. Pesawat B 25 Mitchell
2. Pesawat Cureng
3. Pesawat Nishikoren
4. Pesawat AT-16 Harvard
5. Pesawat Gannet
6. Pesawat Douglas C 47
7. Pesawat P2L-104 Gelatik-C
8. Pesawat Piper L-47
9. Pesawat WEL-1
10. Pesawat NU-25 Kunang
11. Helikopter MI-4

Memoriabilia Penumpasan DI/TII
Keterangan:
1. Ambulans Dinkes pemerintah kota Bandung
2. Gerbong Panser dan tampak dalamnya
3. Sedan hitam yang ada bekas tembakan di kanan-kiri pintunya

Meriam Artileri

            Jalan ke belakang kita akan menjumpai bagian khusus TNI AL. Di sini terdapat kolam simulasi dermaga, meriam anti udara, dan roket. Ini juga lokasi favorit saya untuk mengambil foto. Anda bisa duduk di bangku belakang meriam dan berpura-pura sedang membidik target udara. Lanjut belok ke kanan depan anda akan menemukan deretan tank-panser dari ukuran kecil sampai besar. Mereka rata-rata memiliki sejarah terkait penumpasan G 30S/PKI. Di dekat deretan panser tersebut juga ada taman yang sejuk serta aula dengan banyak patung di dalamnya. Kebetulan waktu keluar kami menjumpai banyak anak SD, TK, dan segerombolan muda-mudi yang juga sedang mengunjungi museum.

Taman dalam area Satria Mandala

Aula Satria Mandala

Klik untuk memperbesar
Keterangan:
1. Suasana di sekitar bagian TNI AL
2. Rudal
3. Simulasi dermaga
4. Meriam Vickers
5. Meriam PSV 40 mm L60 Bospors

Klik untuk meperbesar
Keterangan:
1. Pintam/BRDM
2. Pansrod BTR 152 P
3. Pansam BTR 50 P
4. PT 76
5. Kapa K61
6. Mobil intai Humber
7. Jeep Willys
8. Truk 3/4 lapis baja
9. Stuart M3
10. Panhard tipe 54-11

Suasana ramai di depan museum

Anak-anak bermain di sekitar meriam

            Puas berputar-putar, kami lalu pulang ke rumah sebentar—untuk makan dan men-charge HP—dengan menumpang Metromini yang dilanjutkan naik Mikrolet ke arah Tanah Abang. Moda-moda transportasi seperti Kopaja, Mikrolet, dan Metromini merupakan akomodasi yang wajib dicoba jika berkunjung ke Jakarta. Kita bisa menikmati gedung pencakar langit, proyek jembatan layang Tanah Abang-Kampung Melayu yang rangka bajanya membuat anda seperti ada di Cybertron, dan tentu saja atmosfer sosial masyarakat Jakarta.

            Kebon Melati juga terletak tidak jauh dari komplek Kempinski Bundaran Hotel Indonesia. Suasana malam di sini bagus dan ramai. Anda bisa mengajak teman untuk sekedar nongkrong atau jalan-jalan ke mal yang ada di sekitarnya. Siang harinya kita dapat menjelajahi pusat batik di Thamrin City dan dilanjutkan ke Grand Indonesia. Walaupun tidak belanja, namun setidaknya mata anda akan terpuaskan ketika berkunjung ke Grand Indonesia. Mal ini terlihat besar dan megah bahkan jika cuma dilihat dari kejauhan. Anda dapat berkeliling dan menikmati restoran bermacam cita rasa serta tema-tema tiap lantai yang variatif—dari mulai Cina, Jepang, Eropa, dan New York.

            Anda akan berjumpa banyak ekspatriat lalu lalang di sini. Mal ini sangat besar dan rentan membuat pengunjung tersesat. Tapi, jangan takut! Karena di tiap lantai telah disediakan papan denah. Dalam satu hari kita pasti sulit menjelajahi kedua sisi mal sekaligus: Barat (west mall) dan timur (east mall). Jadi pilih salah satu saja! Grand Indonesia juga mempunyai atraksi spektakuler yaitu orkestra air mancur yang keluar tiap satu jam sekali. Tata lampu dan lambaian air yang seakan menari akan membuat anda lupa diri karena kagum terpukau. Saya juga sempat foto di depan salah satu instalasi tembok kayu yang artistik. Bagi anda penggemar Iron Man dan Spider Man, di salah satu sudut ada dua action figure besar tokoh-tokoh ini. Tempat tersebut juga dilengkapi bangku untuk beristirahat atau sekedar duduk-duduk. Jika jeli, anda akan menemukan suatu ruang unik dengan karpet lucu yang berisi ATM berbagai bank. Lama mengelilingi mal, saya jadi ingin buang air kecil. Anda akan senang mendapati fasilitas toilet di sini yang bersih, mewah, rapih, dan ada musiknya. Satu yang patut pula dihargai, Grand Indonesia menerapkan konsep Go Green lewat penyediaan kotak sampah dengan pemisahan organik-anorganik di salah satu sudut pintu masuknya.

Salah satu sudut Grand Indonesia

Instalasi tembok artistik di sebuh restoran Grand Indonesia

Saya dan Iron Man

            OK! Kujungan kita lanjutkan ke Senayan dengan menumpang Kopaja. Celakanya karena keasyikan ngobrol kami jadi kelabasan. Terpaksalah kami turun di terminal Blok M. Tapi, bagi saya kejadian ini ada hikmahnya. Karena pada waktu itu hujan deras—jadi tidak mungkin untuk jalan kaki ke komplek Senayan. Setelah putar-putar naik Kopaja, berhentilah kami di suatu lampu merah yang langsung dilanjutkan dengan berjalan kaki. Di sini anda bisa melihat tonggak-tonggak beton proyek mono rail. Selama perjalanan kami juga berpapasan dengan banyak supporter Persija yang baru pulang.

            Perjalanan kami melewati simpang hotel Millenium, terus ke Senayan, dan melintasi gerbang lain dari gedung DPR RI serta Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Kebetulan kami sedang beruntung karena bisa menikmati gegap gempita keceriaan pendukung Persija. Yel-yel serta lagu-lagu pengobar semangat berkumandang dan diiringi tabuhan drum yang menambah meriah suasana. Sebenarnya saya ke sini ingin mencicipi makanan di Food Expo. Tapi sialnya kami salah informasi. Karena Food Expo tidak dihelat di Jakarta Convention Center (JCC) melainkan di Jiexpo Kemayoran (meleset jauh).

Simpang Hotel Millenium

Suasana meriah pendukung Persija di Senayan

Suasana JCC
            Namun tak perlu kecewa! Sebab kebetulan kemarin tengah diadakan tiga eksibisi sekaligus: Pameran furniture, museum nusantara, dan perlengkapan pernikahan. Keluar dari Balai konvensi anda dapat makan-makan di deretan warung sekitar lapangan tembak. Selesai dari JCC, kami jalan dan berhenti sebentar untuk menghangatkan badan dengan menikmati pangsit gerobak yang enak dengan hanya Rp10.000 per porsi. Hari kian gelap dan kami harus pulang karena takut tidak ada lagi Kopaja menuju Tanah Abang. Perjalanan usai, hati senang, perut kenyang, dan yang terpenting dapat menikmati Jakarta hingga sudut terkecilnya.


1 komentar:

  1. Halo, blogger. saya putri dari VIVAlog. Kirimkan data pribadi kamu ke putri.megasari@viva.co.id dengan format:

    Nama:
    Email:
    No.Hp:
    Alamat:
    Judul Artikel+(link blog):
    Akun Twitter:

    Karena yang sudah submit akan di data.
    Terima kasih :)

    BalasHapus